Perusahaan teknologi finansial pinjam meminjam (fintech peer-to-peer lending) masih bertahan di tengah pandemi virus corona saat ini. Modalku, Amartha, Akseleran, hingga Investree mengklaim penyaluran pinjamannya masih stabil dan tetap tumbuh.
Bahkan, beberapa di antaranya mengatakan lebih ketat dalam persetujuan kredit (credit approval). Mereka juga menerapkan kebijakan restrukturisasi pinjaman khususnya usaha kecil mikro dan menengah (UMKM) yang bisnisnya terdampak corona.
(Baca: Pinjaman Online Ilegal Marak saat Pandemi, Warga Diminta Hati-hati)
Modalku
Co-founder & CEO Modalku Reynold Wijaya mengatakan hingga saat ini perusahaannya telah menyalurkan pinjaman usaha sebesar Rp 15,5 triliun kepada UMKM di Indonesia, Singapura, dan Malaysia. "Jumlah penyaluran pinjaman ini masih cukup stabil jika dibandingkan dengan jumlah penyaluran di kuartal dua tahun lalu," ujarnya kepada Katadata.co.id, Jumat (3/7).
Dia mengatakan Modalku terus berusaha mendukung para UMKM agar tetap bertahan di masa pandemi. Modalku mencatat, sekitar 2% peminjam aktif di platformnya telah mengajukan restrukturisasi dan sedang diproses oleh tim perusahaan.
(Baca: Fintech Modalku Dapat Dana Rp 625 M, Bantu Peminjam Terdampak Corona)
Sektor yang paling banyak melakukan pinjaman di platformnya yakni di bidang perdagangan, baik itu pedagang besar maupun eceran. Tercatat, hingga saat ini telah menyalurkan pinjaman kepada lebih dari 2,4 juta peminjam (borrower) melalui lebih dari 100 ribu pemberi pinjaman (lender).
Amartha
Sementara, Chief Risk and Sustainability Officer Amartha Aria Widyanto mengatakan, dalam masa pandemi corona permintaan pendanaan ke platformnya meningkat sangat pesat. Tercatat, dalam laman perusahaan telah menyalurkan pinjaman Rp 2,43 triliun.
"Namun, kami sangat selektif dalam memilih mitra yakni dengan memberlakukan kebijakan pendanaan berdasarkan pemetaan daerah dan jenis usaha," ujar Aria kepada Katadata.co.id, Jumat (3/7).
Amartha juga memperketat credit approval dan disbursement (penyaluran) berdasarkan wilayah persebaran Covid-19, yakni untuk wilayah zona merah perusahaan menghentikan operasional. Di wilayah zona kuning perusahaan memberlakukan kebijakan titip bayar alias tidak melakukan kumpulan majelis bagi. Selanjutnya, untuk wilayah zona hijau perusahaan hanya melakukan kebijakan penyaluran pendanaan di wilayah ini.
(Baca: Banyak UMKM Butuh Kredit Akibat Corona, Fintech Minta Revisi Aturan)
Selain itu, Aria mengatakan, perusahaan juga memasukan daftar hitam (black list) pada jenis usaha yang memiliki ketergantungan terhadap kondisi normal sebelum pandemi corona.
"Saat ini sektor usaha yang paling banyak mengajukan pinjaman adalah dari sektor perdagangan yang bersifat informal, seperti warung makanan dan sembako," ujar Aria. Tercatat, hingga saat ini Amartha telah menyalurkan pinjaman kepada lebih dari 510 ribu borrower melalui lebih dari 100 ribu lender.
Akseleran
CEO & Co-Founder Akseleran Ivan Tambunan mengatakan, perusahaan berhasil membukukan 'rapor hijau' di semester pertama 2020. Selama Januari hingga Juni tahun ini, platformnya telah menyalurkan total penyaluran pinjaman usaha sebesar Rp 354 miliar, atau tumbuh 6% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
“Rapor hijau di semester pertama 2020 ini tentu didukung penuh oleh lebih dari 200 ribu lender sektor retail (perorangan) Akseleran yang tersebar di seluruh Indonesia. Apalagi total nilai pengembangan dana untuk pendanaan UKM dari lender retail kami juga mengalami kenaikan yang sama sebesar 6% di sepanjang semester pertama tahun ini,” ujar Ivan dikutip dari siaran pers, Kamis (3/7).
Ivan mengatakan pinjaman itu disalurkan kepada lebih dari 2.100 borrower. Sebagian besar pertumbuhan ditopang oleh performa di sepanjang kuartal pertama 2020 yang mengalami kenaikan sebesar 28% dari periode yang sama tahun lalu.
(Baca: Tiga Strategi Asosiasi Fintech Tingkatkan Penyaluran Pinjaman di 2020)
Menurutnya, pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan era normal baru (new normal) turut berdampak terhadap peningkatan penyaluran pinjaman di platformnya. Bulan lalu (Juni 2020) penyaluran pinjaman mengalami kenaikan 13% dari tahun lalu.
Secara kumulatif, Akseleran telah menyalurkan total pinjaman usaha sebesar Rp 1,26 triliun dengan sektor UKM yang paling banyak meminjam berasal dari Engineering/Construction (25%), dan mining and oil& gas, dan selebihnya terbagai cukup merata di berbagai sektor lainnya.
Sedangkan, untuk sepuluh provinsi terbesar Akseleran dalam penyaluran pinjaman usaha, katanya, secara berurutan ada di DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, DI Yogyakarta, Riau, Sulawesi Tenggara, Sumatra Selatan, dan Kalimantan Tengah.
Investree
Co-founder sekaligus CEO Investree Adrian Gunadi mengatakan penyaluran pinjaman perusahaan ada kuartal pertama yakni mencapai Rp 4,644 triliun. Lalu, pada April Rp 5,019 triliun dan Mei Rp 5,114 triliun.
"Jadi, kalau dilihat dari grafiknya, kuartal pertama tahun ini, April, dan Mei, itu pertumbuhan (penyaluran pinjaman) kami tetap baik, tetap stabil meski ada pandemi corona," ujar Adrian dalam video conference, Kamis (2/7).
(Baca: Peminjam di 68 Fintech Lending Minta Keringanan Kredit Imbas Corona)
Sedangkan, pada laman Investree penyaluran pinjaman hingga saat ini mencapai Rp 6 triliun, di mana telah disalurkan kepada 1.371 borrower dan 325 borrower aktif.
Sebagai informasi, data OJK per April 2020 mencatat bahwa akumulasi penyaluran pinjaman fintech lending mencapai Rp 106,06 triliun, naik 186,54% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (yoy). Lalu, akumulasi borrower mencapai 24.770.305, naik 218,75% yoy, sedangkan akumulasi lender mencapai 647.993, naik 41,99% yoy.