Bank Indonesia (BI) mencatat hampir lima juta penjual menggunakan kode Quick Response standar atau QRIS untuk bertransaksi. Nilai transaksinya mencapaia Rp 790 miliar selama pandemi corona.
Deputi Gubernur BI Doni P Joewono mengatakan, 85% dari 4,9 juta penjual yang memakai QRIS merupakan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Volume transaksinya hampir 11 juta, “sementara nilainya Rp 790 miliar” katanya dalam Webinar Karya Kreatif Indonesia BI, Rabu (9/10).
BI menghapus biaya transaksi atau merchant discount rate (MDR) 0,75% untuk mendorong lebih banyak UMKM mengadopsi QRIS. “Kami bebaskan biayanya,” kata Doni.
Pembebasan biaya transaksi itu pun diperpanjang dari rencananya September menjadi hingga akhir tahun.
Kepala Departemen Kebijakan Sistem pembayaran BI Filianingsih Hendarta mengatakan, QRIS membantu penjual untuk menjangkau konsumen dengan tetap menerapkan protokol kesehatan. Bahkan, pedagang dapat bertransaksi melalui aplikasi percakapan seperti WhatsApp.
"Tidak perlu bertemu kasir. Pindai kode QR melalui WhatsApp,” ujar Filianingsih. Dengan begitu, pedagang dapat menjangkau konsumen yang beraktivitas di rumah.
Itu merupakan salah satu inovasi yang dikembangkan oleh BI guna mendukung transaksi non-tunai di tengah pandemi Covid-19. Apalagi, pembayaran dengan uang elektronik meningkat di masa pagebluk virus corona ini.
Selama Januari-Juli, nilai transaksi uang elektronik secara bulanan mencapai Rp 16,7 triliun. Nilainya meningkat 59% dibandingkan rata-rata transaksi tahun lalu, Rp 9,9 triliun.
Pada tahun ini, nilai transaksi tertinggi terjadi pada April, Rp 17,5 triliun. Ini bertepatan dengan penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di Jakarta.
Filianingsih berharap, pembebasan biaya dan transaksi melalui WhatsApp mendorong UMKM untuk mengadopsi QRIS. BI juga akan memudahkan proses pendaftaran mitra penjual (merchant) dengan menggaet penyedia platform marketplace dan dompet digital.
Regulator juga berencana memperluas layanan QRIS antarnegara. BI sudah berdiskusi bank sentral Thailand dan Malaysia untuk menyediakan kode QR standar.
“Kemudian kami berencana untuk berbicara dengan bank sentral Arab Saudi, India, dan Jepang," kata Filianingsih. Ini dilakukan agar pengguna bisa memindai kode QR penjual di masing-masing negara menggunakan dompet digital yang terdaftar di BI.
BI menyasar wisatawan mancanegara terutama asal ASEAN, Tiongkok, India, Hong Kong, Korea Selatan, dan Jepang untuk dapat memindai kode QR berbasis QRIS di Tanah Air. Selain itu, membidik Tenaga Kerja Indonesia (TKI), jemaah haji, dan wisatawan Indonesia yang bepergian ke luar negeri.