Sentuh Rp 334 Juta, Harga Bitcoin Diramal Naik Lagi 100% pada 2021

PXHERE.com
Ilustrasi bitcoin
18/12/2020, 17.29 WIB

Harga bitcoin mencapai US$ 23.653 atau Rp 334 juta per koin pada perdagangan hari ini (18/12), atau melampaui rekor Desember 2017. Analis memperkirakan, harganya melonjak lagi dua kali lipat pada tahun depan.

Berdasarkan laporan penyedia data pasar Coin Metrik, harga bitcoin naik lebih dari 200% sejak awal tahun (year to date/ytd). Lonjakan ini mirip dengan 2017. Namun, saat ini harganya melorot tajam setelah menyentuh rekor.

Co-founder sekaligus CEO Bitpanda Eric Demuth optimistis, kenaikan harga bitcoin tahun ini berbeda dengan 2017. Sebab, pembelian aset bitcoin didominasi oleh kalangan institusional. Sedangkan pada 2017 didorong oleh spekulan.

"Para pemain besar yang dulu sangat jauh dari bitcoin dan mengkritik, sekarang bergabung dalam pelarian," kata Eric dikutip dari CNBC Internasional, Kamis (17/12).

CEO firma penasihat keuangan DeVere, Nigel Green pun sependapat. Bahkan, ia memperkirakan harganya naik 50%-100% pada tahun depan. Apabila mengacu pada level saat ini, harganya diprediksi US$ 34.500-US$ 46.000 pada 2021.

Hasil survei DeVere pada bulan lalu menunjukkan, 73% responden optimistis terhadap mata uang kripto. Angkanya naik dibandingkan riset tahun lalu yang hanya 68%.

Selain itu, Green menilai ada beberapa faktor yang memengaruhi naiknya harga bitcoin pada tahun depan. Salah satunya, investor institusional seperti Fidelity Investments, Square, dan PayPal yang masuk ke pasar kripto, membawa gelombang minat konsumen .

Mereka akan menumpuk aset ke pasar mata uang kripto (cryptocurrency) seperti bitcoin. "Mereka membawa, keahlian dan modal yang luar biasa. Pada gilirannya akan meningkatkan minat konsumen," kata Green dikutip dari Cointelegraph, Kamis (17/12).

Ia menilai, permintaan institusional menjadi katalis utama di balik pasar bullish bitcoin tahun ini."Investor akan semakin melihat bitcoin sebagai lindung nilai terhadap masalah inflasi yang sah," ujarnya.

Selain DeVere, analis Bloomberg memprediksi harga bitcoin menyentuh US$ 50.000 per koin pada tahaun depan. Ini karena bank sentral utama dan pemerintah tidak akan mengurangi atau menghentikan program stimulus pendorong inflasi dalam waktu dekat.

Stimulus diberikan untuk mengatasi dampak pandemi corona. "Indikator makro ekonomi, teknis dan permintaan pasokan akan mendukung resistensi target US$ 50.000 tahun depan," demikian kata analis Bloomberg dikutip dari Coindesk pada awal Desember lalu (4/12).

Selain itu, pemilihan presiden (pilpresAmerika Serikat (AS) secara tidak langsung berpengaruh terhadap kenaikan harga bitcoin. Ini karena partai pengusung  Donald Trump, Republik mempertahankan 23 kursi Senat, sementara Demokrat 12  kursi berdasarkan laporan CNN Internasional, awal November lalu (4/11). Namun partai pendukung Joe Biden ini diprediksi tetap menguasai parlemen.

Kondisi tersebut dinilai akan mempersulit proses pengambilan kebijakan oleh Biden. Alhasil, bank sentral AS, Federal Reserve akan dipaksa mencetak lebih banyak uang untuk mendukung perekonomian. Ini akan menekan dolar AS dan memicu inflasi.

Reporter: Fahmi Ahmad Burhan