Harga bitcoin terus merangkak naik sejak akhir tahun 2020 lalu hingga mencapai rekor tertinggi sepanjang sejarah. Kini, harga dua koin setara Rp 1 miliar.
Berdasarkan data dari Coindesk, pada hari ini (7/1) pukul 10.59 WIB, harga bitcoin di perdagangan mencapai US$ 37.383 atau Rp 520,8 juta per koin. "Sekarang 2 BTC sudah setara Rp1 miliar," kata CEO Indodax Oscar Darmawan dalam siaran pers pada Kamis (7/1).
Harga bitcoin itu melonjak hingga 400% secara tahunan (year on year/yoy). Pada awal 2020 lalu, harga bitcoin hanya sekitar Rp 90 jutaan.
Oscar mengatakan, lonjakan itu sudah terjadi sejak akhir 2020 lalu. Pada awal 2021 harganya terus mencapai rekor-rekor baru.
Menurutnya, lonjakan harga bitcoin disebabkan semakin tingginya minat masyarakat dalam berinvestasi pada mata uang kripto (cryptocurrency) terutama bitcoin. Masyarakat sudah percaya bitcoin sebagai aset safe haven dan nilai lindung inflasi yang baik.
Ia mengatakan, bitcoin merupakan aset yang dianggap menarik karena memiliki pasokan terbatas dan pasti. Bitcoin hanya diciptakan 21 juta keping saja. Saat ini yang sudah berhasil ditambang sekitar 18,5 juta keping.
"Jika suplai atau pasokan aset tersebut terbatas dan permintaannya terus meningkat, maka harganya akan terus naik juga," kata Oscar.
Bitcoin juga dapat dilacak peredaran maupun suplainya karena menggunakan teknologi blockchain. Teknologi ini membuat bitcoin dengan mudah dapat dipindahkan kemana saja selama ada akses internet. Hal tersebut yang membuat masyarakat tertarik berinvestasi pada bitcoin.
Selain itu, bitcoin juga relatif sangat mudah untuk dijual kembali atau sangat liquid dibandingkan aset lain seperti properti. Bitcoin bisa ditransaksikan dengan pecahan desimal hingga pecahan terkecil Rp 10 ribu.
Selain karena tingginya minat masyarakat, alasan lonjakan harga bitcoin juga disebabkan oleh banyaknya pembelian dari perusahaan-perusahaan global seperti Tudor Investment Corp, Square Inc, Microstrategy, dan lain-lain. Perusahaan keuangan Paypal juga menyediakan fitur pembayaran dengan aset kripto.
"Momen-momen ini terjadi di sepanjang tahun 2020. Karena momen tersebut membuat permintaan secara masif," ujarnya.
Menurut Oscar, harga bitcoin akan terus melonjak pada tahun ini. Faktor utamanya adalah pembatasan supply.
Bitcoin telah melewati pembatasan pasokan atau halving day di tingkat penambang pada tahun lalu. Dampaknya baru akan terjadi pada tahun 2021 ini.
“Bitcoin masih sangat mungkin meningkat lagi pada tahun ini. Meski nantinya ada sedikit penurunan karena pasar jenuh dan aksi taking profit," ujarnya.
Bahkan, bank investasi asal AS JP Morgan juga memprediksi harga bitcoin bisa menembus US$ 146.000 atau Rp 2,034 miliar per koin untuk jangka panjang. Kapitalisasi pasar bitcoin pun meningkat menjadi lebih dari US$ 2,5 triliun atau Rp 34.840 triliun.
Prediksi itu dibuat oleh tim yang dipimpin oleh ahli strategi Nikolaos Panigirtzoglou. Mereka menulis dalam sebuah catatan bahwa bitcoin akan bersaing dengan emas untuk arus investasi.
"Penarikan emas sebagai mata uang 'alternatif' menyiratkan keuntungan besar untuk bitcoin dalam jangka panjang," kata catatan itu dikutip dari Bloomberg pada Senin (4/1).
Di sisi lain, sejumlah analis optimistis harga bitcoin tahun ini tak akan melorot tajam seperti 2017. Pada masa itu, harga bitcoin sempat melonjak dari sekitar US$ 1.000 menjadi US$ 19.000. Namun, setahun setelahnya harga bitcoin malah anjlok hingga mencapai US$ 4.000.
"Ini karena para pemain besar yang dulu sangat jauh dari bitcoin dan mengkritik, sekarang bergabung dalam pelarian," kata CEO Bitpanda Eric Demuth dikutip dari CNBC Internasional, Desember tahun lalu (17/12/2020).
Hal senada disampaikan oleh CEO firma penasihat keuangan DeVere Nigel Green. Ia pun memperkirakan harga bitcoin naik 50%-100% pada tahun ini. Apabila mengacu pada level saat ini, harganya diprediksi US$ 34.500-US$ 46.000 pada 2021.
Hasil survei DeVere pada akhir tahun lalu menunjukkan, 73% responden optimistis terhadap mata uang kripto. Angkanya naik dibandingkan riset tahun lalu yang hanya 68%.