Jakarta – Amar Bank berkomitmen untuk turut berkontribusi dalam pertumbuhan perekonomian Indonesia. Langkah konkrit yang akan dilakukan Amar Bank, yaitu menghadirkan berbagai inovasi digital dan teknologi untuk memajukan kehidupan masyarakat Indonesia.
“Teknologi memiliki peran penting untuk meningkatkan literasi dan inklusi keuangan serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” kata Presiden Direktur Amar Bank, Vishal Tulsian dalam sesi acara Katadata Indonesia Data and Economic Conference (IDE) 2021 bertajuk “The Digital Banking Revolution”, pada Rabu (24/2) lalu.
Vishal yang hadir sebagai salah satu pembicara menjelaskan tiga perbedaan antara bank digital dan bank konvensional. Pertama, perbedaan fungsi, yakni bank konvensional dapat melakukan transaksi perbankan pada umumnya seperti menabung, mentransfer dan meminjam uang. Sementara bank digital bukan hanya sekedar internet banking. Bank digital seperti Senyumku (Amar Bank) menyediakan keseluruhan rekening-rekening bank dalam satu tampilan, membantu nasabah untuk secara otomatis mengkategorikan pengeluaran untuk mengelola keuangan
Kedua, perbedaan pengalaman atau experience, yaitu sekarang lebih banyak nasabah yang sudah terbiasa dengan sesuatu yang instan atau cepat sehingga bank digital harus memberi kemudahan bagi para nasabah. Ketiga, perbedaan pendekatan, yaitu mindset di mana bank konvensional membuka cabang dan mengharapkan nasabah datang ke bank. “Sebaliknya Bank Digital mendatangi nasabah,” ujarnya.
Vishal pun berceritera pernah menginterview para milenial dan menanyakan hambatan mereka dalam menabung. Ternyata permasalahan umum para milenial antara lain adanya tekanan sosial yang mengakibatkan mereka memiliki gaya hidup yang sebenarnya tidak mampu dijangkau. “Ini yang coba kami bantu untuk mengatasi masalah mereka dengan meluncurkan produk digital banking Senyumku,” ungkap Vishal.
Produk Senyumku, kata dia melanjutkan, di dalamnya terdapat pos-pos keuangan untuk memudahkan nasabah mengelola keuangannya. Selan itu ada fasilitas kecerdasan buatan (AI) untuk memonitor kebiasaan pengeluaran yang akan mengirimkan sinyal pengingat apabila nasabah memiliki pengeluaran berlebih atau tertinggal dari target keuangan yang telah mereka tentukan.
Sistem pengingat tersebut, menurut Vishal, membuat para milenial membentuk kebiasaan keuangan yang sehat. Inilah peranan data dan kecerdasan buatan (AI) dalam mewujudkan suatu bentuk literasi keuangan ke dalam sebuah kebiasaan sehari-hari. “Inilah yang membedakan Senyumku dari produk digital banking lainnya,” ujar dia.
Perjalanan transformasi digital Amar Bank dimulai pada 2014 dengan adanya Tunaiku, produk fintech digital lending pertama di Indonesia . Produk ini memanfaatkan teknologi big data analytics untuk melayani segmen masyarakat yang belum dan kurang terlayani oleh perbankan dan lembaga keuangan formal.
Seiring berkembangnya produk Tunaiku, pemegang saham Tunaiku kemudian mengakuisisi Amin Bank dan kemudian berganti nama menjadi Amar Bank. Amar Bank kemudian berfokus untuk bertransformasi menjadi bank digital yang mengedepankan teknologi untuk memajukan kehidupan masyarakat Indonesia.
Komitmen Amar Bank tersebut dibuktikan dengan penyaluran pinjaman Tunaiku yang saat ini telah mencapai lebih dari Rp5 triliun dan nasabah yang sudah terbantu sebanyak lebih dari 400 ribu nasabah, yang lebih dari 100 ribunya merupakan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).
Pada Agustus tahun lalu, Amar Bank meluncurkan produk digital banking, yaitu Senyumku (mobile-only digital banking) untuk membantu masyarakat membangun kebiasaan menabung. Senyumku dilengkapi oleh kecerdasan buatan (AI) dan teknologi cloud (awan data).
Salah satu tantangan untuk bank pada umumnya dalam melakukan transformasi digital adalah adanya dua sisi yaitu sisi konvensional dan sisi digital dan juga kultur budaya di dalam perusahaan. Menurut Vishal, keunggulan Amar Bank sebagai bank digital adalah pengembangan bank digital menggunakan infrastruktur cloud (teknologi awan) yang bekerja sama dengan Google.
“Dengan infrastruktur teknologi cloud yang kami gunakan, biaya untuk pelayanan kepada nasabah dapat jauh lebih rendah sementara skalabilitas dapat dilakukan dengan cepat,” ujarnya.
Selain infrastruktur, Amar Bank juga memiliki budaya layaknya start-up yang mendukung agility atau kelincahan yang harus dimiliki oleh bank digital untuk selalu terdepan dalam menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat yang semakin dinamis.
“Kedepannya bank digital harus mampu menyediakan layanan yang bersifat hyper-personalization, d imana bank digital yang mengakomodasi kebutuhan beragam profil nasabah sesuai dengan personanya,” kata Vishal.
Menopang Perekonomian
Hadirnya digital bank diharapkan dapat mendukung pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia. Perekonomian Indonesia sempat mengalami kontraksi tahun lalu sebesar minus 2,07 persen dan berada di bawah Cina, Turki, dan Korea Selatan.
Airlangga Hartanto, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian membuka Katadata Indonesia Data and Economic Conference (IDE) 2021 menyatakan optimistis perekonomi nasional bisa membaik seiring dengan distribusi vaksin dan terkendalinya pandemi Covid-19. “Pemerintah optimistis ekonomi Indonesia diperkirakan akan kembali pulih di kisaran 4-5,5 persen pada 2021,” katanya. Terlebih lagi, Indonesia juga merupakan kontributor terbesar ekonomi digital di Asia Tenggara.
Menurut data Google, saat ini, pangsa ekonomi digital Indonesia mencapai US$40 miliar. Pada 2025, potensi ekonomi digital Indonesia diperkirakan naik menjadi US$133 miliar, menduduki peringkat pertama diatas Thailand, Vietnam, Singapura, Malaysia, dan Filipina. Untuk mendukung peningkatan potensi ekonomi digital, pemerintah pun terus mendorong pembangunan awan data (cloud) ke Indonesia.
Dengan cloud, kata Airlangga, database di mana saja bisa diakses. Pemerintah juga mendukung pembangunan fasilitas infrastruktur digital lainnya, yaitu pengadaan jaringan 4G dan 5G di 9.113 desa/kelurahan. Layanan 5G bakal segera tersedia di Indonesia. “Untuk itu, pemerintah mendorong optik fiber yang terkoneksi dari barat ke timur,” ujarnya.
Senada dengan Airlangga, pada konferensi yang sama Wakil Presiden Ma’ruf Amin juga menyampaikan bahwa pemerintah mendukung perkembangan digitalisasi di semua sektor “Opportunity-nya sudah terbuka, kami sudah punya tekad untuk melakukan digitalisasi di semua sektor,” katanya. Karena itu pemerintah saat ini sedang menyiapkan semua infrastruktur digitalnya di seluruh Indonesia, tiga tahun ini sudah hampir semua.
Mengenai digitalisasi di ranah perbankan, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso menyatakan Indonesia punya potensi besar dalam industri keuangan digital. Beberapa faktor pendukungnya antara lain tingkat penggunaan Internet sebesar 67 persen dan penetrasi smartphone sebesar 60 persen. Selain itu juga sebanyak 120 juta rakyat Indonesia kelas menengah harapan dan 83 juta penduduk Indonesia masih tergolong unbanked.
Wimboh juga menyebutkan transformasi digital di sektor jasa keuangan akan menjadi game changer bagi penyedia aktivitas keuangan di masyarakat. OJK senantiasa memberi dukungan untuk mempercepat akselerasi transformasi digital. Roadmap 2020-2025 akan diarahkan untuk memperkuat tata kelola dalam manajemen risiko terintegrasi, mendorong penggunaan IT sebagai game changer, mendorong terjadinya kerjasama penggunaan teknologi, “dan mendukung implementasi digital di sektor perbankan,” ujarnya.