Cara Bank Amar Perkuat Posisi Bank Digital, Andalkan AI dan Bigdata

amarbank.id/instagram
Bank Amar
6/4/2022, 12.34 WIB

Bank Amar gencar memperkuat posisi sebagai bank digital di pasar Indonesia. Bank ini pun mengandalkan sejumlah teknologi digital, seperti kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI), mahadata (big data) hingga komputasi awan (cloud).

President Director Amar Bank sekaligus Founder of Tunaiku Vishal Tulsian mengatakan, perusahaan mempersiapkan sejumlah infrastruktur dalam memperkuat bisnis di pasar bank digital.

"Mulai dari aspek keras dan lunak, seperti kapabilitas teknologi informasi (IT) hingga keamanan siber," katanya dalam Indonesia Data and Economic Conference 2022 (IDE Katadata), Rabu (6/4).

Sebagai bank digital, Vishal mengatakan bahwa Bank Amar gencar mengadopsi sejumlah teknologi. Berdasarkan urutan alfabet, Amar Bank mengadopsi A untuk AI, B untuk big data, dan C untuk cloud.

AI dianggap memberikan manfaat dalam meningkatkan profit dan personalisasi skala besar. Teknologi ini juga bisa menjadi alat deteksi fraud dan mengawasi risiko keamanan siber. 

Sedangkan big data bermanfaat untuk personalisasi nasabah. Lalu cloud dapat menghemat biaya penyimpanan data.

Selain infrastruktur teknologi, Bank Amar mengandalkan proses. "Kami menata ulang perjalanan digital nasabah alih-alih hanya melakukan digitalisasi layanan, sehingga setiap proses didasarkan pada kebutuhan," ujar dia.

Meski begitu, ada sejumlah tantangan yang akan dihadapi oleh Bank Amar ketika fokus menjadi bank digital. "Kami harus meyakinkan pelanggan, kenapa mereka butuh bank seperti ini," katanya. 

Sebab, menurutnya akan terjadi kondisi perbankan terbuka di pasar. Bank manapun bisa mengambil nasabah. Retensi nasabah itu menjadi tantangan yang harus disikapi dengan sejumlah strategi. 

Tantangan lainnya yakni regulasi dan potensi keamanan siber. "Ini membuat kami harus mempunyai kerangka risiko. Semua risiko harus kami urus, mulai dari keamanan siber hingga privasi nasabah," katanya.

Sebelumnya, Deputi Komisioner Pengawas Perbankan I OJK Teguh Supangkat mengatakan, salah satu tantangan terbesar bank digital ialah pengelolaan, pertukaran dan perlindungan data nasabah. Padahal, data menjadi aset sangat berharga sebagai kunci daya saing bisnis di era disrupsi teknologi saat ini. 

Tantangan lain yakni risiko strategis. Menurut dia, investasi pada teknologi seringkali tidak sesuai dengan strategi bisnis perusahaan perbankan tersebut.

Oleh karena itu, dia mengimbau bank memperhatikan kesesuaian rencana dan investasi teknologi

Kemudian, kecanggihan teknologi perlu diimbangi dengan keseimbangan organisasi. Seperti halnya pemimpin dan ahli di bidang teknologi yang mumpuni, baik dari sisi kualitas maupun kuantitas.

Budaya dan desain organisasi juga harus berorientasi digital demi mendukung transformasi teknologi.

Reporter: Fahmi Ahmad Burhan