Raksasa teknologi finansial (fintech) asal Amerika Serikat (AS) Stripe merambah pasar Indonesia melalui kerja sama dengan startup software as a service (SaaS) lokal, Advotics. Keduanya mengembangkan sistem manajemen distribusi terintegrasi bagi distributor dan pedagang toko ritel bernama Distri.

Country Head di Stripe Indonesia Ongki Kurniawan mengatakan, kerja sama dengan Advotics merupakan integrasi pertama yang dilakukan Stripe di Indonesia. "Ini bertujuan membangun platform untuk membantu distributor mengalihkan pergerakan uang dari berbasis tunai ke tanpa uang tunai," katanya melalui akun LinkedIn, Selasa (19/4).

Co-founder sekaligus CEO Advotics Boris Sanjaya mengatakan, Distri dapat membantu digitalisasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) menggunakan teknologi canggih. "Teknologi ini telah digunakan oleh perusahaan multinasional yang lebih besar untuk menghemat waktu dan memberikan efisiensi biaya," ujar dia.

Dalam praktiknya, Distri akan menjadi solusi satu atap bagi distributor untuk mengelola penjualan, inventaris, dan akuntansi, sekaligus mendigitalkan transaksi pembayaran masuk dari toko.

Distributor dapat secara otomatis membuat invoice untuk setiap transaksi, yang kemudian dikirimkan ke ponsel pemilik toko ritel dengan tautan pembayaran.  

Pemilik toko ritel juga dapat memberikan opsi pembayaran pilihan, seperti rekening virtual BCA, BNI, dan Bank Mandiri. Setelah pembayaran dilakukan, Distri secara otomatis memperbarui status transaksi.

Distri akan menghemat waktu, meningkatkan arus kas, serta meningkatkan visibilitas transaksi bagi distributor dan pemilik toko. Ini akan menghilangkan kebutuhan perantara pembayaran serta proses rekonsiliasi manual.

Sedangkan jumlah UMKM di Indonesia, sebagai berikut:

Stripe telah mengantongi status terdaftar dari Bank Indonesia (BI) sebagai penyelenggara fintech di bawah naungan PT Stripe Payment Indonesia pada 2020. Perusahaan pun menyiapkan sejumlah talenta lokal untuk mengoperasikan layanan.

Stripe merupakan raksasa fintech asal AS. Perusahaan ini menawarkan layanan perangkat lunak (software) pemrosesan pembayaran dan antarmuka pemrograman aplikasi (API).

Raksasa fintech itu didirikan oleh Patrick dan John Collison pada 2010. Berdasarkan data dari CB Insight, startup ini telah mengumpulkan pendanaan US$ 2,9 miliar dari 39 investor. 

Beberapa investor startup ini seperti pendiri Tesla Elon Musk dan pendiri Palantir Peter Thiel.

Kabar ekspansi Stripe ke Indonesia sebetulnya beredar sejak pertengahan 2020. Hal ini karena PT Stripe Payment Indonesia masuk daftar perusahaan penyelenggara teknologi finansial di BI.

Reporter: Fahmi Ahmad Burhan