LinkAja menargetkan pendapatan tumbuh 80% lebih tahun ini. Startup teknologi finansial (fintech) pembayaran milik negara ini pun disebut-sebut akan beralih fokus ke bisnis pembiayaan untuk sektor produktif.

Rencana beralih fokus bisnis ke pembiayaan untuk sektor produktif itu disampaikan oleh Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo. Katadata.co.id sudah mengonfirmasi hal ini, namun belum ada tanggapan.

Sedangkan isu startup fintech LinkAja beralih fokus ke layanan pinjaman online atau pinjol sudah berhembus sejak awal 2022. LinkAja mengakuisisi startup fintech lending iGrow pada 2021.

Aksi korporasi itu dilakukan setelah LinkAja meraih pendanaan seri B lebih dari US$ 100 juta atau sekitar Rp 1,4 triliun.

LinkAja pun memiliki bisnis LinkAja Modalin, dengan tiga pembiayaan, yaitu:

  1. Invoice Financing
  2. Retailer Financing
  3. Agri ecosystem Financing

Di sektor pembayaran, LinkAja bersaing ketat dengan OVO, GoPay, DANA hingga ShopeePay. Meski begitu, fintech pembayaran milik BUMN ini mencatatkan peningkatan pendapatan tahun lalu.

Rincian kinerja LinkAja tahun lalu sebagai berikut:

  • Pendapatan operasional (revenue growth) tumbuh hampir 30%
  • Beban operasional (operational expense) turun lebih dari 50%
  • Pendapatan dari layanan Business to Business (B2B) naik 160%
  • Biaya pemasaran turun lebih dari 90%
  • Biaya operasional dan pemeliharaan turun lebih dari 30%
  • EBITDA loss atau penurunan laba perusahaan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi ditekan lebih dari 60%
  • Pendapatan rata-rata per pengguna atau ARPU naik lebih dari 215%
  • Tingkat retensi naik lebih dari 70%
  • Basket size atau jumlah barang atau produk yang terbeli oleh konsumen dalam satu kali transaksi naik lebih dari 55%

"Kami sudah melakukan shifting menuju profitability dan sustainability secara bertahap sejak 2021 dengan membaca arah pergerakan industri," kata Direktur Keuangan dan Strategi LinkAja Reza Ari Wibowo dalam keterangan pers, Kamis (16/2).

Strategi LinkAja tahun ini sebagai berikut:

  1. Berfokus pada bisnis model dua sisi yakni B2B2C atau Business to Business to Consumer
  2. Pada segmen B2C, LinkAja mengutamakan low-cost user acquisition and retention
  3. Fokus segmen B2B berpusat pada end-to-end value chain dari sisi tradisional maupun digital
  4. Selama 2022, LinkAja mengimplementasikan digital financial solutions dengan berfokus pada kolaborasi sinergi BUMN, terutama Telkomsel, Pertamina, dan Himbara atau Himpunan Bank Negara. Hasilnya sebagai berikut:
  • LinkAja mendigitalisasi supply chain tradisional Telkomsel di lebih dari 300 ribu retailer dengan kenaikan pendapatan hampir 90%
  • LinkAja terintegrasi di aplikasi MyPertamina, dan pertumbuhan pendapatan 1.600%
  • Pendapatan LinkAja lewat kerja sama dengan layanan Himbara naik 80%

“Model bisnis B2B2C yang berfokus pada ekosistem BUMN terbukti sangat efektif dan efisien," ujar Reza. “Fokus pada profitabilitas ini membuat kami terkadang harus berani menutup layanan atau use-case yang memiliki komponen biaya lebih tinggi dibandingkan pendapatan.”

Reporter: Lenny Septiani