Mayoritas pekerja asing yang direkrut oleh startup teknologi finansial atau fintech termasuk pinjaman online alias pinjol dan pembayaran, ditempatkan pada posisi manajerial dan c-level seperti CEO, CFO dan lainnya.
Hal itu tertuang dalam laporan AFTECH Annual Members Survey 2022/2023 yang dibuat oleh AFTECH dan Katadata Insight Center, didukung oleh Women's World Banking.
Riset dilakukan selama kuartal II, dengan menggabungkan penelitian primer dan sekunder dalam menganalisis data. Ada 75 responden yang berpartisipasi.
“Sebanyak 76% responden memilih untuk tidak mempekerjakan pekerja asing dalam rangka menutupi kesenjangan tenaga ahli,” demikian dikutip dari laporan AFTECH tersebut, Senin (28/8).
Namun beberapa responden masih membutuhkan pekerja asing karena ada kesenjangan talenta digital di Indonesia. Penempatannya sebagai berikut:
- Manajerial (55,6%)
- C-Level (50%)
- Staf (16,7%)
Berdasarkan data Global Talent Crunch, Indonesia akan kekurangan sekitar 18 juta tenaga ahli. Sementara India yang diproyeksikan surplus talenta digital lebih dari 200 juta pada 2030.
Presiden Jokowi pun menargetkan untuk menciptakan sembilan juta talenta digital pada 2030 dalam upaya mengatasi kesenjangan keterampilan.
Daftar keahlian yang dinilai kurang tersedia di Indonesia, di antaranya:
- Keamanan siber 57,3%
- Data dan analitik 52%
- Pengetahuan industri keuangan 49,3%
- Manajemen risiko 41,3%
- Pemrograman 38,7%
- Bisnis dan manajemen 26,7%
- UI/UX 22,7%
- Penjualan & pemasaran 22,7%
- Bahasa 20%
- Lainnya 8,6%
Upaya startup fintech dalam mengatasi kesenjangan keahlian yakni:
- Mengadakan inhouse training 58,7%
- Rekrut dari perusahaan sejenis 54,7%
- Rekrut dari lembaga keuangan 48%
- Rekrut dari perusahaan lain 32%
- Hanya merekrut dari universitas terkemuka 29,3%
- Lainnya 9,3%
Jenis in-house training yang diberikan berupa:
- Keahlian terkait informasi dan teknologi 72%
- Keahlian kepemimpinan 70,7%
- Keterampilan pemasaran dan penjualan 44%
- Keterampilan desain 13,3%
- Lainnya 20%