Biden Menang, Trump Izinkan Qualcomm Pasok Cip ke Huawei

ANTARA FOTO/REUTERS/Carlos Barria/WSJ/cf
Presiden Amerika Serikat Donald Trump berbalik dalam hujan setelah meletakkan karangan bunga di Makam Prajurit yang tak Dikenal (Tomb of the Unknown Soldier) saat ia menghadiri peringatan Hari Veteran di Pemakaman Nasional Arlington di Arlington, Virginia, Amerika Serikat, Rabu (11/11/2020).
16/11/2020, 10.37 WIB

Pemerintahan Donald Trump memberikan lisensi kepada Qualcomm untuk memasok cip (chipset) kepada Huawei pada Kamis (13/11) lalu. Trump dikabarkan mengizinkan beberapa perusahaan bekerja sama dengan raksasa teknologi Tiongkok itu, ketika sejumlah media menyebut Joe Biden menang dalam pemilihan presiden (pilpres) Amerika Serikat (AS).

Lisensi itu sebagai pengecualian atas pembatasan aktivitas perdagangan terhadap perusahaan Negeri Panda, termasuk Huawei. "Kami menerima lisensi untuk sejumlah produk, yang mencakup jaringan internet generasi keempat (4G)," kata juru bicara Qualcomm dikutip dari Reuters, akhir pekan lalu (14/11).

Phone Arena melaporkan, Qualcomm sebelumnya menetapkan syarat agar bisa menjual memori ponsel pintar (smartphone) ke Huawei, yakni menjual merek Honor. Sedangkan Huawei berencana menjual Honor sejak Oktober lalu.

Dikutip dari Financial Times, Trump memberikan izin kepada sejumlah korporasi untuk bekerja sama dengan perusahaan Tiongkok di akhir masa jabatannya. Namun, presiden AS memberikan syarat, yakni komponen yang dijual tidak terkait dengan bisnis jaringan internet generasi kelima (5G).

Selain Qualcomm, perusahaan yang mendapatkan izin yakni Intel dengan prosesornya dan Sony yang diperbolehkan menjual cip kamera ponsel. Departemen Perdagangan AS juga telah memberikan pengarahan kepada pelaku usaha semikonduktor agar menaati syarat itu.

"Ini (lisensi) dapat diatasi jika Anda (perusahaan AS) dapat menunjukkan bahwa teknologinya tidak mendukung 5G," kata seorang eksekutif semikonduktor yang terlibat dalam pengarahan itu dikutip dari Financial Times, Oktober lalu (29/10).

Sebelum Qualcomm, daftar perusahaan yang sudah mendapatkan lisensi seperti Samsung untuk tampilan ponsel dengan OLED, Intel yang menjual prosesor, kemudian Sony yang menjual cip kamera ponsel.

Meski Huawei masih masuk dalam daftar (blacklist) terkait perdagangan AS, lisensi tersebut dinilai menjadi peluang bagi perusahaan untuk pulih. Utamanya, setelah Negeri Paman Sam menambahkan 38 afiliasi semikonduktor Huawei ke dalam daftar hitam pada Agustus lalu, sehingga totalnya menjadi 152.

Wakil Presiden Huawei untuk Eropa Abraham Liu bahkan sempat mengatakan, tambahan sanksi itu semakin mempersulit perusahaan.

Analis dari Jefferies Edison Lee menilai, kebijakan Trump yang melunak menjelang akhir masa jabatannya itu merupakan strategi agar Huawei tetap berfokus membuat smartphone. Dengan begitu, raksasa teknologi ini tak lagi gencar mengembangkan 5G. 

"Hal itu (bisnis ponsel) tidak mengancam keamanan nasional AS secara nyata," kata Edison.

Huawei masuk daftar hitam perdagangan AS sejak Mei 2019. Pada tahun ini, Departemen Perdagangan AS mewajibkan produsen semikonduktor luar negeri untuk mendapatkan lisensi jika ingin bekerja sama dengan Huawei.

Pada Agustus lalu, Huawei menyatakan kehabisan cip prosesor karena sanksi tersebut. Beban berlanjut ketika afiliasi semikonduktor yang masuk daftar hitam ditambah menjadi 152 pada Agustus.

Perusahaan pun terpaksa terpaksa menyetop produksi cip andalannya Kirin ada September lalu. Hal ini mendorong Huawei untuk membangun pabrik cip tanpa teknologi AS di Tiongkok.

Dikutip dari Financial Times, dua orang yang diberi pengarahan tentang proyek tersebut mengatakan bahwa fasilitas itu akan dijalankan oleh mitra Huawei yang merupakan perusahaan riset cip yakni Shanghai IC R&D Center. Ini karena Huawei belum mempunyai pengalaman dalam membuat pabrik cip.

Rencananya, fasilitas akan berfokus membuat cip 45 nm low-end yang dikembangkan sejak 15 tahun lalu. Namun, Huawei lebih menginginkan cip 28 nm untuk proyek jangka panjang.

"Cip itu akan memungkinkan Huawei membuat smart TV dan perangkat Internet of Things (IoT)," kata orang yang mengetahui proyek tersebut dikutip dari Financial Times, Minggu (1/11).

Huawei juga berencana mengembangkan cip 20 nm pada akhir 2022. Memori pada perangkat ini dapat digunakan untuk memproduksi sebagian besar peralatan telekomunikasi internet generasi kelima atau 5G.

Pabrik cip di Tiongkok itu memang bukan untuk mendukung produksi ponsel pintar (smartphone) yang membutuhkan teknologi lebih canggih. "Namun jika berhasil, bisa menjadi jembatan menuju masa depan berkelanjutan bagi bisnis infrastruktur," kata seorang eksekutif industri semikonduktor.

Reporter: Fahmi Ahmad Burhan