Kemendikbud Pilih Laptop Chromebook untuk Pelajar, Apa Keunggulannya?

burst/pexels.com
Ilustrasi cara merekam layar laptop
6/8/2021, 06.25 WIB

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) meluncurkan program perakitan massal laptop pelajar. Jenisnya yakni Chromebook dari Google. Apa keunggulannya?

Peneliti gadget dari Gatorade Lucky Sebastian mengatakan, laptop Chromebook yang menggunakan sistem operasi Chrome OS tidak begitu populer di Indonesia. Kebanyakan konsumen di Tanah Air memakai laptop dengan OS Windows, dan sebagian kecil menggunakan Mac OS. 

Dibandingkan Chrome OS, menurut dia konsumen Indonesia juga lebih familiar dengan OS Linux. Ini meskipun Chrome OS merupakan turunan dari Linux.

Meski begitu, pandemi corona mendorong penggunaan perangkat berbasis OS seperti laptop. Chrome OS pun semakin banyak digunakan.

Data IDC menunjukkan, pangsa pasar Chrome OS 10,8% secara global per tahun lalu. Sedangkan Mac OS 7,5%.

Lucky menilai, peningkatan pangsa pasar Chrome OS karena berfokus menyasar pelajar. Sepengetahuan Lucky, Chromebook dikenal kalangan pelajar di sekolah-sekolah di Amerika Serikat (AS).

Oleh karena itu, menurutnya langkah Kemendikbud Ristek memilih laptop jenis Chromebook untuk pelajar sudah tepat. “Jenis ini sudah teruji dan cocok digunakan pelajar," kata Lucky kepada Katadata.co.id, Kamis (5/8).

Laptop Chromebook juga tidak memerlukan spesifikasi berat. Alhasil, penggunaan aplikasi diklaim lebih lancar.

Lucky mencatat, ada laptop Chromebook yang mempunyai layar 4K AMOLED dengan harga lebih tinggi. Perangkat ini menyasar segmen pekerja. 

Chrome OS pada Chromebook juga dinilai lebih mudah dipelajari ketimbang Windows. "Ini akan memudahkan para pelajar mengenal internet dan digitalisasi," ujar Lucky.

OS itu juga bisa menjalankan aplikasi android. Jadi sebagian besar aplikasi di Chrome OS bersifat gratis.

Selain itu, Chrome OS dibangun dengan sistem komputasi awan (cloud) untuk terhubung ke internet.

"Nilai plus, jika Anda membeli Chromebook, cocok digunakan pembelajaran jarak jauh dengan Google Classroom," demikian dikutip dari CNET pada Juni (26/6).

Namun, ada beberapa kekurangan Chromebook, seperti tidak kompatibel secara asli dengan perangkat lunak (software) Windows atau Mac OS. Untuk kompatibel, pengguna harus menggunakan VMware di Chromebook.  

Selain itu, pengguna Chromebook kerap kali kesulitan mengakses Microsoft Office. Pengguna tidak dapat mengunduh software Microsoft Office secara lengkap di Chromebook.

Meski begitu, pemerintah meluncurkan program pengadaan laptop Chromebook bagi pelajar yang akan diproduksi oleh enam produsen dalam negeri. Ini untuk mendukung kegiatan belajar mengajar jarak jauh.

Pemerintah mengalokasikan Rp 3,7 triliun untuk pengadaan laptop pelajar tersebut. Anggaran berasal dari Kemendikbud Ristek dan pemerintah daerah (pemda).

"Pemerintah pusat Rp 1,3 triliun. Sisanya ditanggung pemda Rp 2,4 triliun," kata Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Wikan Sakarinto, Selasa (3/8).

Dengan anggaran Rp 1,3 triliun, pemerintah pusat akan mendistribusikan 189 ribu laptop pelajar ke sekolah-sekolah. Sedangkan pemda menyediakan sekitar 284 ribu laptop.

Reporter: Fahmi Ahmad Burhan