Produsen gawai asal Cina OPPO menggandeng perusahaan telekomunikasi Swedia Ericsson untuk menjegal bisnis jaringan internet generasi kelima atau 5G Huawei. Sedangkan lini ponsel pintar (smartphone) Huawei sudah tertekan sanksi Amerika Serikat (AS).

OPPO dan Ericsson meluncurkan laboratorium komunikasi di Shenzhen. Ini berfungsi sebagai pusat penelitian dan pengembangan 5G.

Melalui laboratorium itu, OPPO akan mengembangkan pembaruan protokol perangkat lunak (software). Selain itu, untuk penyetelan perangkat secara regional hingga pengujian berbagai fitur smartphone.

"Laboratorium OPPO di Shenzhen akan berfokus mengeksplorasi beragam aplikasi yang bisa sepenuhnya menyadari janji teknologi seluler 5G," kata Vice-President and General Manager of Product Strategy and Cooperation OPPO Chris Shu dikutip dari South China Morning Post (SCMP), Rabu (22/9).

Shu juga mengatakan, laboratorium itu akan mampu mengakomodir permintaan konsumen terhadap smartphone dengan kemampuan 5G, terutama di pasar Eropa. 

Selain laboratorium di Shenzhen, pada tahun lalu perusahaan juga meluncurkan laboratorium 5G luar negeri pertamanya di India.

Analis menilai, langkah OPPO menggandeng Ericsson dalam mengembangkan 5G merupakan cara menjegal Huawei. "Strategi ini dapat membantu OPPO  meraih peluang di pasar,” kata analis senior di Counterpoint Research Yang Wang.

Huawei saat ini memang masih menjadi pemimpin smartphone 5G secara kumulatif dalam 10 kuartal terakhir. Berdasarkan data dari Strategy Analytics, Huawei telah mengirimkan 95 juta smartphone 5G di seluruh dunia sejak 2019.

"Akan tetapi, baru-baru ini volume pengirimannya runtuh di bawah beban larangan teknologi 5G yang diberlakukan AS," kata Associate Director at Strategy Analytics Ville-Petteri Ukonaho dikutip dari Bloomberg pada Agustus lalu (10/8).

Menurutnya, kondisi tersebut merupakan peluang bagi produsen smartphone lainnya, termasuk Oppo. "Runtuhnya Huawei membuka pintu bagi vendor Cina lain," katanya.

Pada kuartal kedua tahun ini, OPPO mencatatkan peningkatan pengiriman ponsel 5G. Produsen gawai Cina mencatatkan pengiriman 16,9 juta dan pangsa pasar 17,9%, atau di urutan ketiga di dunia.

Posisi pertama diraih oleh Xiaomi yang mengirim 24 juta smartphone 5G atau naik 452% secara tahunan (year on year/yoy). Produsen asal Cina ini memiliki pangsa pasar 26% dari total penjualan ponsel 5G global yang mencapai 95 juta. 

Posisi kedua dan ketiga juga ditempati oleh produsen ponsel asal Cina, yakni Vivo. Perusahaan mengirimkan 17,5 juta unit, dengan pangsa pasar 18%.

Reporter: Fahmi Ahmad Burhan