Huawei Tertekan Sanksi AS, Samsung dan Xiaomi Genjot Produksi Ponsel
Produsen ponsel pintar (smartphone) asal Korea Selatan, Samsung dan Tiongkok, Xiaomi berencana meningkatkan produksi pada tahun depan. Analis menilai, langkah ini memanfaatkan situasi Huawei yang tertekan sanksi dari Amerika Serikat (AS).
Analis memperkirakan, produksi gadget Huawei turun 42% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi 110 juta unit pada 2021. Ini karena AS memperketat pembatasan pasokan perangkat lunak atau software hingga desain ke Huawei.
Pemerintahan Donald Trump menambah 38 semikonduktor Huawei ke dalam daftar hitam (blacklist) pada Agustus lalu, sehingga totalnya menjadi 152. Raksasa teknologi ini bahkan menyetop produksi cip (chipset) andalannya Kirin pada September lalu.
Sanksi tersebut mempersulit Huawei memproduksi gawai. Korporasi ini bahkan harus menjual merek Honor kepada Shenzhen Zhixin New Information Technology Co pada bulan lalu.
Berdasarkan laporan Counterpoint, pangsa pasar global Huawei turun dari 20% pada kuartal II menjadi 14% di kuartal III. “Ini peluang. Samsung diperkirakan bersiap secara gesit untuk meningkatkan pengiriman smartphone,” kata analis Eugene Investment and Securities Roh Kyoung-Tak dikutip dari Korea Times, Minggu (7/12).
Sedangkan Xiaomi bisa merebut pasar Honor. "Huawei berfokus pada smartphone premium dan meninggalkan kemungkinan untuk membeli kembali merek tersebut (Honor) meskipun situasi membaik," ujar Roh.
Samsung berencana meningkatkan produksi 17% menjadi sekitar 310 juta pada 2021. Selain itu, memperluas perakitan modul kamera smartphone dengan mengambil alih sebagian besar proses perakitan.
Langkah itu akan menghemat biaya perakitan yang dibayarkan ke pemasok. Dengan begitu, Samsung bisa mengurangi harga ponsel secara keseluruhan dan akan bersaing dengan Xiaomi untuk merebut pasar segmen menengah ke bawah yang ditinggal oleh Huawei.
Tahun ini, Samsung telah merilis sederet gawai kelas menengah mulai dari Galaxy A10 hingga Galaxy A90 5G. Dikutip dari Phone Arena, perusahaan juga baru-baru ini mengajukan sejumlah merek dagang di Uni Eropa.
Meski begitu, Samsung dikabarkan tetap akan mempertahankan segmen menengah ke atas dengan meluncurkan seri Galaxy S pada awal Januari 2021. Perusahaan ini juga diprediksi meningkatkan volume penjualan ponsel lipat seperti Galaxy Z Fold dan Z Flip pada tahun depan.
Berdasarkan data Counterpoint, Samsung memimpin dengan pangsa pasar 22% per kuartal III. Jumlah pengiriman gadgetnya pun tumbuh 79,8% yoy.
Tak mau kalah, Xiaomi juga meningkatkan kapasitas produksi pabrik pada tahun depan. Dikutip dari Nikkei Asia Review, produsen asal Tiongkok ini memesan komponen dan suku cadang hingga 240 juta unit.
Kepada pemasok, perusahaan mengatakan bahwa target meningkat pada tahun depan. Perusahaan menargetkan bisa mendistribusikan 300 juta unit.
Apabila target itu tercapai, Xiaomi berpeluang mengalahkan Huawei, setelah melampaui Apple pada kuartal III. "Xiaomi menetapkan tujuan yang jauh lebih agresif untuk pemasok, karena berencana memperluas pasar sebelum pesaing lain menyusul," kata sumber yang mengetahui rencana itu, dikutip dari Nikkei Asia Review, pekan lalu (2/12).
Xiaomi pun sudah mengumpulkan dana hampir US$ 4 miliar. Sebanyak US$ 3,06 miliar berasal dari penempatan saham yang ditingkatkan di Hong Kong, dan US$ 855 juta dari penawaran obligasi.