Huawei gencar merekrut talenta digital di bidang cip (chipset). Ini dilakukan oleh raksasa teknologi asal Cina itu di tengah kelangkaan cip dan setelah diblokir Amerika Serikat (AS) sejak 2019.
Produsen ponsel pintar (smartphone) itu merilis rencana program rekrutmen talenta digital bertajuk ‘Genius Boys’. Itu akan menjadi kedua kalinya digelar oleh Huawei tahun ini.
Tujuan dari perekrutan itu adalah menarik talenta digital berbakat. Jika meninjau pada persyaratan rekrutmen, Huawei nampaknya ingin memperbanyak talenta digital di bidang-bidang utama seperti cip.
Rotating Chairman Huawei Hu Houkun mengatakan, perusahaan akan menambah lebih dari tiga juta talenta komputasi baru. "Mereka bakal memiliki potensi untuk menjadi ahli cip," katanya dikutip dari Gizchina, Senin (25/7).
Huawei ingin menghasilkan talenta digital di bidang cip seiring kelangkaan yang melanda global. Kondisi ini memukul produsen ponsel hingga otomotif, khususnya mobil listrik.
Kelangkaan itu juga menyebar ke banyak jenis cip dan semua jenis perangkat keras, termasuk smartphone.
Analis di GlobalData Daniel Clarkeanalis memprediksi kekurangan cip berlanjut di beberapa industri tahun ini.
"Untuk sektor teknologi, gawai dan konsol game akan terus terpengaruh," katanya dikutip dari ZDNet, pada Januari (16/1).
Wakil Presiden Direktur Forrester Glenn O’Donnell juga meyakini kelangkaan cip itu akan berlangsung hingga 2023. “Sebab, permintaan akan tetap tinggi dan pasokan tetap terbatas. Kami perkirakan kelangkaan ini akan bertahan hingga 2022 atau 2023,” ujarnya seperti dikutip CNBC International, tahun lalu (12/5/2021).
Apalagi, Cina mengalami kekurangan talenta digital di bidang cip. Permintaan pasar talenta digital di seluruh industri diprediksi sembilan juta, dan kesenjangan talenta menjadi 4,5 juta.
Selain itu, Huawei gencar mengembangkan cip baru.
Raksasa teknologi asal Cina itu melalui HiSilicon dikabarkan akan meluncurkan cip andalannya tahun ini, setelah diblokir oleh Amerika Serikat.
Huawei memang masuk daftar hitam (blacklist) terkait perdagangan di AS sejak 2019. Perusahaan pun tak bisa bekerja sama dengan perusahaan asal Negeri Paman Sam.
Departemen Perdagangan AS juga mengeluarkan perintah yang mewajibkan pemasok perangkat lunak dan peralatan manufaktur untuk tidak berbisnis dengan Huawei. Hal ini semakin menekan bisnis perusahaan.