Pemerintah Tiongkok Sensor Kritik Negatif Soal Corona di Media Sosial
Pemerintah Tiongkok gencar menghapus berbagai informasi yang bernada kritik di media sosial seperti Twitter hingga WeChat terkait penanganan wabah virus corona, COVID-19, di Negeri Panda tersebut.
Vice melaporkan, seperti dilansir Livemint, ada seorang pria pengguna Twitter yang mengaku didatangi para pejabat di rumahnya Kota Dongguan setelah ia menanggapi sebuah cuitan dengan nada kritik.
Dia memprotes bagaimana tindakan para pejabat Tiongkok itu dalam menyelesaikan wabah virus corona. Kemudian para pejabat menuduh bahwa cuitannya itu merupakan serangan pada Pemerintah Tiongkok. Ponselnya disita, dan dia dipaksa menandatangani pernyataan yang mengatakan tidak akan mengulangi perbuatan itu lagi.
Sementara itu The Verge melaporkan bahwa seorang lelaki Tionghoa yang sedang berlibur di California, Amerika Serikat (AS), yang mengaku bahwa ada seseorang dari Shanghai yang mencoba mengakses akun WeChat miliknya. Dia menduga hal tersebut karena percakapannya dengan teman-temannya di Tiongkok terkait virus corona.
(Baca: Li Wenliang, Dokter yang Pertama Kali Ingatkan Soal Corona Meninggal)
Dia yakin Pemerintah Tiongkok melacak keberadaannya hingga ke California karena dianggap berbagi informasi negatif melalui WeChat. Dia juga menganggap Pemerintah Tiongkok mencoba masuk ke akun WeChat miliknya agar bisa mengakses percakapan tersebut.
Gelombang kritik terhadap penanganan virus corona oleh Pemerintah Tiongkok membanjiri media sosial pasca meninggalnya Li Wenliang, dokter yang pertama kali mengingatkan ancaman virus mematikan tersebut. Li meninggal pada Jumat (7/2), pukul 02.58 waktu setempat setelah dirawat selama beberapa hari.
"Merebaknya virus corona telah menjadi subjek perselisihan di Tiongkok, juga memberi jalan bagi protes di media sosial seperti yang terjadi setelah kematian whistleblower Li Wenliang," dikutip dari Livemint pada Rabu (26/2).
Tiongkok sempat menuding Li Wenliang menyebarkan informasi yang menyesatkan karena meminta koleganya dan masyarakat mewaspadai virus corona. Meski demikian, peringatan Li benar-benar terjadi. Sayangnya, Li kemudian meninggal dunia karena wabah virus corona.
(Baca: Wakil Menteri Kesehatan Iran Tertular Virus Corona)
Bahkan, dua jam setelah kematian Li, ada sekitar 2 juta postingan kemarahan yang dihapus dari situs media sosial Tiongkok Weibo. Postingan yang dihapus tersebut menggunakan tagar yang berbunyi 'Saya ingin ada kebebasan berpendapat'.
Pemerintah Tiongkok juga mendapat kritikan keras karena kesalahan penanganan wabah, termasuk dengan menyensor laporan berita tentang situasi di Wuhan, serta menghapus posting di media sosial yang menggambarkan kondisi yang mengerikan di Kota Wuhan.
Selain itu otoritas Tiongkok telah menindak penggunaan jaringan Virtual Private Network (VPN). Banyak orang di Tiongkok menggunakan VPN untuk mencoba menghindari sensor pemerintah.
Hingga saat ini lebih dari 2.700 orang meninggal karena wabah virus corona, dan 80.200 orang terinfeksi COVID-19 pertama kali terdeteksi di Wuhan, Tiongkok, pada Desember 2019.
(Baca: Wabah Pneumonia Misterius di Tiongkok yang Meresahkan Asia)