Di sisi lain, CEO LinkAja Danu Wicaksana menilai konsolidasi bisnis hal yang normal terjadi di semua industri. Ia pun menyambut baik kabar rencana penggabungan OVO dan Dana. “Kami berharap LinkAja dan pemain e-money yang lain dapat semakin cepat dan efisien dalam meningkatkan keuangan inklusif di Indonesia,” ujarnya.
idEA: Pemain Sedikit Persaingan Tak Terlalu Sengit
Bila OVO dan Dana betul-betul bergabung, posisi dompet digital ini akan semakin kuat. Lantas bagaimana sengitnya persaingan ke depan? Ketua Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA) Ignatius Untung mengatakan dengan jumlah pemain yang lebih sedikit di bisnis dompet digital, persaingan tidak akan terlalu sengit.
Ia mencontohkan persaingan di bisnis aplikasi ride hailing (berbagi tumpangan). “Yang besar cuma dua. Itu sudah cukup jadi tidak perlu saling membunuh karena dua saja kuenya cukup besar untuk masing-masing,” kata dia kepada katadata.co.id.
Ia mengatakan, jumlah perusahaan besar yang bermain di bisnis dompet digital saat ini ada empat perusahaan. Jumlah ini saja, menurut dia, agak banyak. Ia sepakat, dengan penggabungan bisnis, harapannya persaingan jadi lebih sehat. “Walaupun enggak tahu, karena pemain punya ambisi masing-masing, target masing-masing,” ujarnya.
Lantas, apakah perang diskon masih akan berlanjut? Untung menilai perang diskon sebetulnya kurang bagus. “Diskon itu enggak menjamin apa-apa, hanya akuisisi transaksi, bukan user, karena begitu diskon selesai apa yang menjamin pengguna akan tetap pakai?” ujarnya.
Di sisi lain, promosi semacam ini menyulitkan pemain baru untuk masuk. “Konsumen sih senang. Buat industri trade barrier-nya pemain yang modalnya enggak begitu besar jadi enggak bisa masuk,” kata dia.