Minat masyarakat berinvestasi emas meningkat di tengah kenaikan cepat harga logam mulia tersebut. Startup jual beli emas berbasis syariah Tamasia mencatat transaksi di platformnya meningkat pesat sejak awal tahun. Bahkan, transaksi meningkat hingga dua kali lipat dari Juni ke Juli.
Co-Founder & CEO Tamasia Muhammad Assad mengatakan lonjakan transaksi juga terjadi karena masyarakat, termasuk kaum milenial, mulai teredukasi tentang pentingnya investasi emas. Ditambah lagi, investasi emas semakin praktis dengan bantuan teknologi digital.
Saat ini, 70% dari total 200 ribu pelanggan Tamasia adalah kaum milenial. "Milenial melihat (kenaikan harga emas) ini sebagai tren, bahkan diprediksi bakal mencapai Rp 900 ribu hingga 1 juta per gramnya. Akhirnya, mereka pun mengejar (investasi) itu," ujarnya kepada katadata.co.id, Kamis (15/8).
(Baca: Cetak Rekor Keempat Kalinya, Harga Emas Antam Rp 766 Ribu per Gram)
Seiring perkembangan positif sepanjang tahun ini, Assad pun optimistis pihaknya bisa menggaet lebih banyak pengguna khususnya kaum milenial. Ia menargetkan total 500 ribu pengguna hingga akhir tahun, dengan 80% di antaranya milenial.
Tamasia berdiri pada Mei 2017 lalu. Adapun Assad mulai tertarik dengan investasi emas saat menjalani studi pascasarjana jurusan Islamic Finance di Qatar, beberapa tahun lalu. Ia memperhatikan, banyak sekali warga Arab yang gemar membeli emas.
Adapun ide pembentukan startup investasi emas muncul Pada 2017. Berdasarkan hasil risetnya, investasi terbaik kedua setelah menabung adalah investasi emas. "Akhirnya, saya ingin membuat solusi bahwa setiap orang itu bisa memiliki emas dengan harga yang murah dan dengan cara yang mudah," ujarnya.
(Baca: Jumlah Investasi Startup di Asia Nyaris Lampaui Amerika)
Alasan dirinya fokus ke bisnis investasi emas syariah karena ia meyakini bahwa emas ada kaitannya dengan syariah. Bahkan, ketika zaman Rasulullah, perdagangan atau penukaran barang (barter) dilakukan melalui emas pula.
"Kami terapkan sistem syariah ini agar banyak orang yang tertarik dengan (investasi emas) ini karena mereka akan merasa lebih aman," ujarnya. Meski berjuluk 'investasi emas syariah', namun investasi ini juga terbuka bagi masyarakat non-muslim.
Ia menjelaskan, ada dua perbedaan antara investasi emas syariah dan konvensional. Pertama, teransaksi emas syariah dilakukan melalui perjanjian jual beli akad syariah. Kedua, emas yang ditransaksikan ada bentuk fisiknya berupa emas sungguhan, bukan emas kertas (papergold).
Ia pun memastikan mekanisme investasi betul berdasarkan prinsip syariah. Sebab, dirinya juga merupakan Dewan Pengawas Syariah Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang sudah tersertifikasi. "Sehingga, mulai dari akad (jual beli) dan proses bisnis yang dilakukan itu menggunakan sistem syariah," ujarnya.
Bisnis model yang diterapkan, menurutnya, layaknya pengguna yang hendak menabung untuk membeli emas saja. Melalui aplikasi Tamasia, pengguna dapat menabung emas mulai dari Rp 10 ribu dan setelah tabungannya terkumpul bisa mencetak emas dengan minimal 1 gram. Selain menabung, pengguna juga bisa melakukan jual, beli, transfer, hingga cetak emas.
Ada dua produk yang ditawarkan di Tamasia. Pertama, pembelian emas melalui fitur Suka-Suka, di mana pengguna dapat membeli emas dengan cara menabung. Sedangkan, produk kedua yakni pembelian emas melalui fitur Berkala, di mana pengguna dapat membeli emas dengan mencicil.
Emas yang ditawarkan bervariasi, mulai dari kepingan 1 sampai 100 gram dan hingga 1 kilogram. Ia menjamin harga yang ditawarkan di platfrom-nya sangat kompetitif dan terjangkau.
Selain itu, ada pula beberapa fitur unggulan Tamasia, seperti Financial Goals, di mana pengguna bisa menabung emas untuk menjalankan ibadah umrah, menikah, dan sebagainya. Selanjutnya, ada pula fitur Transfer Emas, di mana pengguna bisa mengirimkan emas melalui platform tersebut kepada pengguna lainnya.
Adapun Tamasia merupakan satu dari 10 startup binaan program akselerasi Grab Venture Velocity (GVV) Angkatan II. Selain bermitra dengan Grab dan Kudo, startup ini juga telah bermitra dengan beberapa perusahaan ternama seperti Alfamart, PT Pos Indonesia, OVO, DANA, hingga Jenius.