Redam Perang Dagang, CEO Huawei Tolak Blokir Apple di Tiongkok

ANTARA FOTO/REUTERS/WOLFGANG RATTAY
Logo perusahaan China, Huawei Technologies, bersinar terkena sinar matahari di atas kantor pusat perusahaan telekomunikasi raksasa tersebut di Duesseldorf, Jerman, Senin (18/2/2019).
29/5/2019, 14.36 WIB

CEO dan pendiri Huawei Ren Zhengfei menolak untuk memblokir Apple di Tiongkok. Ren menganggap Apple sebagai 'guru' dalam mengembangkan Huawei. Apabila Tiongkok memblokir Apple sebagai aksi balasan perang dagang terhadap Amerika Serikat, dia akan menjadi orang pertama yang menentangnya.

Menurut Ren, Apple merupakan perusahaan terkemuka di dunia. Bahkan, jika bukan karena Apple, tidak akan ada teknologi mobile internet atau internet seluler. "Apple adalah guruku yang bergerak maju di depan kita. Sebagai siswa, mengapa aku harus menentang?" kata Ren seperti dikutip dari CNN dalam wawancaranya dengan Bloomberg TV, Selasa (28/5).

Wacana pemblokiran Aple muncul untuk membalas tindakan Amerika yang memasukkan Huawei ke dalam daftar hitam perdagangan pada awal Mei ini. Dan secara efektif, Presiden Amerika Dondald Trump melarang Huawei untuk melakukan hubungan bisnis dengan perusahaan AS.

(Baca: Huawei Akan Rilis Sistem Operasi Sendiri di Kuartal IV Tahun Ini)

Pembatasan itu juga membuat Google dan ARM Holdings memutuskan hubungan mereka dengan perusahaan asal Tiongkok tersebut. Beberapa operator ternama di Inggris dan Jepang pun menunda perilisan dari produk smartphone terbaru Huawei. Hal tersebut mengancam posisi Huawei sebagai produsen alat telekomunikasi terbesar dan merek smartphone terbesar kedua di dunia.

Lembaga pemeringkat internasional Fitch Ratings menilai Samsung Electronics bakal diuntungkan dengan konflik antara pemerintah Amerika dan Huawei. Sebab, Huawei kehilangan beberapa mitra setelah masuk daftar hitam (blacklist) terkait perdagangan di Amerika.

Berdasarkan catatan Fitch, hampir setengah dari pendapatan Huawei diperoleh dari pangsa pasar di luar Tiongkok. “Samsung dapat memulihkan pangsa pasar, terutama di Eropa, Asia, Tiongkok, dan Amerika Selatan di mana Huawei meraup sebagian besar pertumbuhannya pada kuartal terakhir,” ujar Fitch dikutip dari Straitstimes, Senin (27/5)

Meski begitu, Fitch menilai Apple juga bisa menjadi korban dari perang dagang antara AS dengan Tiongkok. Menurut Fitch, pangsa pasar Apple di Tiongkok bisa semakin menurun akibat perang dagang ini. Karena itu, menurut Fitch kondisi ini akan menguntungkan merek smartphone selain Huawei dan Apple.

(Baca: Fitch: Huawei Apes, Perang Dagang AS-Tiongkok Menguntungkan Samsung)

Adapun,  riset Canalys menyebut bahwa Huawei dan Apple memiliki kekayaan yang sangat berbeda di pasar Tiongkok. Tercatat, Huawei menjual hampir 30 juta telepon pintar/smartphone di Tiongkok pada kuartal pertama tahun ini, di mana capaian tersebut naik 41% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Sementara itu, penjualan Apple iPhone di Tiongkok turun 30% pada periode yang sama. Meski demikian, negara ini tetap menjadi pasar utama bagi Apple, khususnya wilayah yang meliputi Taiwan dan Hong Kong. Kedua negara tersebut menyumbang hampir 18% dari penjualan bersih iPhone pada kuartal pertama tahun ini.