Hasil riset Facebook menunjukkan, 39% dari pengguna akun bisnis di platformnya adalah perempuan. Menurut Country Director Facebook di Indonesia Sri Widowati, hal ini menunjukkan bahwa perempuan paham cara memanfaatkan media sosial untuk mendapat penghasilan.
Survei tersebut dilakukan terhadap lebih dari 90 juta Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di 95 negara, yang menggunakan Facebook. “Ini (media sosial) memudahkan generasi baru pengusaha perempuan dan bisnis yang dikelola oleh perorangan untuk naik ke tingkat global, dengan memanfaatkan kekuatan komunitas dan percakapan di media sosial,” ujar dia melalui siaran pers, Jumat (8/3).
Di Indonesia, 90% pengusaha perempuan yang bergabung di Facebook mengatakan bahwa media sosial sangat membantu perkembangan bisnis mereka. Bahkan, 80% pengusaha perempuan di Facebook mendapat panutan lewat platform ini. “Sebanyak 60% di antaranya menjadikan perempuan lainnya sebagai panutan,” ujarnya.
Namun, perempuan yang berbisnis di Facebook di Indonesia masih menghadapi persoalan yang signifikan dalam hal pendanaan. Sebanyak 40% pengusaha perempuan di Facebook memulai bisnis menggunakan tabungan pribadi. “Satu dari lima di antaranya masih memiliki utang di bank atau penyedia kredit lainnya,” kata dia.
(Baca: Terkendala Modal, Wirausaha Perempuan Sulit Berkembang)
Padahal, berdasarkan studi dari McKinsey Global Institute, perempuan di Asia Pasifik yang menerima kesempatan yang setara di dunia kerja berpeluang meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB) di wilayah tersebut. Besaran PDB tersebut setara dengan nilai ekonomi Jerman dan Austria setiap tahunnya.
Untuk itu, menurutnya koneksi dan program bimbingan bisa membantu pengusaha perempuan untuk mewujudkan mimpi. Sejalan dengan hal itu, Facebook menggelar program #SheMeansBusiness untuk membantu para perempuan agar dapat naik kelas dalam berbisnis.
(Baca: Tingkatkan Literasi Digital Perempuan, Kominfo Kembangkan Sisternet)
Sri menjelaskan, melalui program ini Facebook menyediakan bantuan berupa finansial, saran, pelatihan dan komunitas berisi serangkaian mentor dan pebisnis lainnya. Tahun ini, Facebook telah memberikan pelatihan keterampilan digital kepada lebih dari 130 ribu perempuan di Asia Pasifik.
Hal ini ia lakukan, karena ia tertarik untuk meningkatkan inklusi digital dan pemberdayaan perempuan. “Saya sangat senang dapat melihat komunitas pengusaha perempuan yang dinamis dan menjadi bagian dari kisah sukses mereka,” ujar Sri.
Sri pun memberikan contoh pengusaha perempuan yang cukup sukses dalam berusaha, yakni pemilik Diah Cookies, Diah Arfianti. Diah merupakan Ibu Rumah Tangga. Ketika suaminya kehilangan pekerjaan, ia turut menopang kebutuhan keluarga. Sementara, satu-satunya kemampuan yang ia miliki adalah membuat kue.
Ketika tagihan semakin menumpuk, Diah menjadikan talenta tersebut sebagai modal untuk mendirikan usaha. Berkaca dari keberhasilan Diah, Facebook menjadikan pengusaha perempuan itu sebagai inisiatif dalam prigram #SheMeansBusiness.
(Baca: P2P Lending, Akses Modal untuk Perempuan Pemilik UMKM )
Sekadar informasi, riset yang dilakukan Facebook ini merupakan kerja sama dengan Bank Dunia dan Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD). Facebook mengklaim, survei bertajuk ‘Future of Business Report’ tersebut merupakan salah satu riset mengenai UKM terbesar yang pernah dilakukan perusahaan secara global.