Penyedia layanan on demand Go-Jek dikabarkan tengah menjajaki pendanaan baru senilai US$ 2 miliar atau sekitar Rp 29,6 triliun. Tambahan pendanaan ini untuk menopang rencana ekspansi Go-Jek ke empat negara yakni Vietnam, Thailand, Filipina, dan Singapura.
Investor lama Go-Jek, yakni Tencent Holdings Ltd., Temasek Holdings Pte, dan Warburg Pincus dikabarkan bakal kembali masuk ke putaran pendanaan baru ini. "Rencananya putaran pendanaan akan dilakukan dalam beberapa minggu," demikian dikutip dari Bloomberg, Minggu (16/9).
Managing Director Monk’s Hill Ventures Kuo-Yi Lim menilai, langkah ini merupakan upaya Go-Jek menjegal Grab di pasar Asia Tenggara. Apalagi, Go-Jek memang menargetkan tambahan modal sebesat US$ 3 miliar atau Rp 44,4 triliun sepanjang 2018. "Ada perlombaan yang sedang berlangsung dalam penggalangan modal dua seteru ini," ujarnya.
Ia berpandangan, persaingan di antara Go-Jek dan Grab bukan lagi hanya memperluas pasar. Melainkan, keduanya mulai fokus mengembangkan beragam layanan sehingga menjadi aplikasi yang dibutuhkan setiap hari seperti berbelanja, pembayaran, hingga fasilitas kredit.
(Baca juga: Jempol Jokowi untuk Go-Jek di Vietnam)
Sinyal pencarian tambahan modal baru itu pun disampaikan oleh Presiden Go-Jek Andre Soelistyo. "Kami sedang membangun kekuatan bisnis yang benar-benar ingin membuat perubahan di Indonesia dan ekspansi di Asia Tenggara," ujar dia dalam panel Milken Institute Asia Summit, akhir pekan lalu.
Di lain kesempatan, Chief Executive Officer (CEO) Go-Jek Nadiem Makarim mengatakan bahwa konsumen kini membutuhkan lebih banyak pilihan layanan. "Pasar juga membutuhkan lebih banyak pilihan (perusahaa untuk memungkinkan industri tumbuh secara berkelanjutan," kata dalam siaran pers beberapa waktu lalu (12/9).
Sebelumnya, putaran pendanaan terakhir yang diraup Go-Jek senilai US$ 1,5 miliar atau sekitar Rp 22 trilun. Alhasil, Bloomberg mencatat valuasi Go-Jek sudah mencapai US$ 5 miliar atau Rp 74 triliun.
(Baca juga: Nadiem Makarim Optimistis Go-Jek Bisa Salip Grab di Asia Tenggara)