Facebook dan Centre for International and Strategic Studies (CSIS) menganalisis data pergerakan masyarakat Indonesia melalui program Data for Good Facebook. Hasilnya, mereka menilai bahwa pembatasan sosial berskala besar (PSBB) tak mengubah banyak peta penyebaran virus corona.
Data for Good Facebook sudah diselenggarakan sejak tahun lalu di beberapa negara. Sedangkan di Indonesia baru dilaksanakan pada April.
Perusahaan teknologi asal Amerika Serikat (AS) itu menerapkan opt-in untuk mengetahui location history penggunadi Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek). Facebook mengaku bahwa data yang diperoleh sudah mendapat persetujuan pe ngguna.
Data-data tersebut kemudian dianalisis oleh CSIS selama 31 Maret hingga 2 Mei. Hasilnya dibagi dalam tiga kelompok, yakni pengguna Facebook yang tidak melakukan pergerakan, bergerak di dalam satu wilayah, dan yang berpindah ke daerah lain.
(Baca: Pasar Ramai Jelang Lebaran, Jokowi Minta Protokol Kesehatan Dipatuhi)
Peneliti CSIS Edbert Gani menyampaikan, data yang dibandingkan yakni pergerakan pengguna sebelum pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) 1-9 April dan ketika diterapkan pada 10-20 April. Hasilnya, “tidak berubah dibandingkan sebelum PSBB Jakarta diberlakukan,” katanya saat konferensi pers, Selasa (19/5).
Utamanya, pergerakan pengguna di Jakarta-Bekasi dan Jakarta-Banten. “Penurunan mobilitas harian masyarakat yang signifikan hanya terjadi pada akhir pekan," ujar Gani.
Salah satu faktor yang mempengaruhi pergerakan pengguna yakni jumlah pekerja sektor informal yang cukup tinggi. Apalagi, mayoritas dari mereka melakukan perjalanan ke pusat aktivitas ekonomi di Jakarta.
"PSBB belum cukup efektif untuk mengurangi aktivitas di dalam kota, baik menekan lalu lintas pergerakan orang dari dan ke Jakarta. Hal ini tentu dapat memicu munculnya episentrum corona baru selain Jakarta," ujar Gani.
(Baca: Bertambah 496 Kasus, 18 Ribu Orang di RI Positif Terinfeksi Corona)
Secara spesifik, jumlah pengguna yang termasuk kelompok pertama alias yang tidak melakukan perjalanan meningkat. Pada 1-9 April, jumlahnya 24 juta. Lalu meningkat menjadi 25 juta pada 10-20 April.
Kelompok kedua alias pengguna bergerak di dalam wilayah juga meningkat dari 3 juta, menjadi 3,3 juta orang. Untuk kategori ini, pergerakan yang dimaksud maksimal 100 meter.
Terakhir, jumlah kelompok ketiga alias pengguna yang berpindah ke daerah lain turun. Sebelum PSBB jumlahnya mencapai 2,8 juta orang. Lalu menurun menjadi 1,8 juta per hari setelah diberlakukan.
"Meski pelarangan mudik dan pembatasan perjalanan berdampak pada pergerakan yang relatif kecil, kemungkinan besar penyebaran terjadi di dalam wilayah,” kata dia.
(Baca: Siap-siap Mal Dibuka Juni, Pengusaha Tunggu Instruksi Pelonggaran PSBB)
Manajer Kampanye Kebijakan Facebook Indonesia Noudhy Valdryno menambahkan, Peta Penyebaran Penyakit yang dihimpun ini bertujuan untuk memahami pandemi corona di Tanah Air. Namun, data yang dikumpulkan bersifat agregat untuk tetap melindungi privasi pengguna.
Ada tiga fitur yang digunakan untuk mengumpulkan data. Pertama, 'Co-location maps' yang menunjukkan kemungkinan seseorang di satu wilayah berhubungan dengan orang di wilayah lain atau disebut 'social mixing'.
Kedua, 'Movement range trends' untuk menunjukkan apakah orang di suatu wilayah tetap berdiam di rumah. Terakhir, 'The social connectedness index' yang menunjukkan pertemanan pengguna antarnegara dan negara bagian. Ini untuk memprediksi kemungkinan penyebaran corona dan mengungkap daerah-daerah yang paling terdampak.
(Baca: Pasar Tanah Abang Tetap Dipadati Pengunjung Meski Ada PSBB Jakarta)