Dianggap Manipulatif, Twitter Tutup 170 Ribu Akun Propaganda Tiongkok

ANTARA FOTO/REUTERS/Carlos Garcia Rawlins/aww/cf
Presiden Tiongkok Xi Jinping Twitter telah menutup 170 ribu akun yang telah diidentifikasi sebagai akun propaganda untuk menguntungkan pemerintah Tiongkok pada berbagai isu.
12/6/2020, 19.29 WIB

Raksasa media sosial Twitter menutup 170 ribu akun yang setelah diidentifikasi terkait dengan Pemerintah Tiongkok. Twitter beralasan penghapusan ratusan ribu akun tersebut lantaran seluruhnya terkait dengan narasi yang manipulatif atau propaganda tentang protes di Hong Kong, virus corona, maupun isu lainnya.

Dari 170 ribu itu, Twitter memecahnya menjadi dua jenis akun yakni 23.750 akun utama, dan 150 ribu akun pembantu yang berperan memperkuat konten dengan me-retweet cuitan dari akun utama. Namun, Twitter menyebutkan dua jenis akun ini saling terhubung.

Banyak juga dari akun-akun itu yang hanya mempunyai sedikit pengikut. "Secara umum, seluruh jaringan ini terlibat dalam berbagai kegiatan manipulatif dan terkoordinasi," kata Twitter dalam laman resminya dikutip dari BBC Internasional, Jumat (12/6). 

Akun-akun itu berkomentar di platform Twitter dalam berbagai isu, seperti protes Hong Kong maupun Covid-19. "Mereka berkicau terutama dalam bahasa Tiongkok dan menyebarkan narasi geopolitik yang menguntungkan Partai Komunis Tiongkok," tulis Twitter.

(Baca: Cegah Hoaks, Pengguna Twitter Tak Bisa Retweet Sebelum Baca Konten)

Manajer riset di Stanford Internet Observatory Renee DiResta yang juga menganalisa akun-akun itu mengatakan bahwa banyak dari mereka memposting tentang Covid-19. Isinya hanya untuk memuji pemerintah Tiongkok dalam memerangi Covid-19.

"Memuji tanggapan Tiongkok terhadap virus, sementara tweet juga menggunakan pandemi untuk memusuhi para aktivis AS dan Hong Kong," kata Renee dikutip dari CNN Internasional pada Jumat (12/6).

Kementerian Luar Negeri Tiongkok pada hari ini (12/6) mempertanyakan dasar penghapusan akun tersebut. "Tiongkok adalah korban terbesar dari disinformasi. Kami menentang penyebaran disinformasi," tulis pernyataan resmi Kemenlu Tiongkok.

Sebenarnya, tindakan ini bukan pertama kalinya dilakukan Twitter.  Pada Agustus 2019, Twitter menghapus sekitar 1.000 akun yang diyakini beroperasi di Tiongkok. Ribuan akun itu dianggap sengaja dan khusus berupaya menabur perselisihan politik di Hong Kong.

(Baca: Twitter Beri Label Cek Fakta untuk Cuitan Hubungkan 5G dengan Covid-19)

Tidak hanya Tiongkok, Twitter juga telah menemukan jaringan akun yang terhubung ke situs web media propaganda politik Rusia maupun Turki. Jaringan akun di Rusia berjumlah 1.152. Kesemua akun terkait Rusia itu kini sudah ditangguhkan.  

"Kegiatan mereka termasuk mempromosikan Partai Rusia Bersatu dan menyerang para pembangkang politik," kata Twitter. Sementara di Turki, ada 7.340 akun yang memposting konten dukungan terhadap Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan.

Reporter: Fahmi Ahmad Burhan