Dianggap Terkait Simbol Nazi, Facebook Hapus Iklan Kampanye Trump

ANTARA FOTO/REUTERS/Carlos Barria/wsj/cf
Ilustrasi. Facebook menghapus iklan kampanye Presiden AS Donald Trump pada Kamis (18/6).
Penulis: Fahmi Ramadhan
Editor: Agustiyanti
19/6/2020, 08.28 WIB

Raksasa media sosial asal Amerika Serikat, Facebook menghapus iklan kampanye Presiden AS Donald Trump pada Kamis (18/6). Iklan kampanye tersebut dianggap mengandung simbol yang pernah digunakan Nazi untuk mengidentifikasi tahanan politik.

"Kami menghapus posting dan iklan ini karena melanggar kebijakan kami terhadap kebencian yang terorganisir," kata Juru Bicara Facebook dikutip dari CNBC Internasional pada Kamis (18/6). 

Iklan kampanye tersebut mengandung simbol berbentuk segitiga merah yang mengarah ke bawah atau terbalik. Simbol itu pernah digunakan Nazi untuk menandai para tahanan politik. 

"Kami melarang penggunaan simbol kelompok kebencian terlarang untuk mengidentifikasi tahanan politik tanpa konteks yang mengutuk atau membahas simbol tersebut," ujar Juru Bicara Facebook.

Iklan diposting pada halaman kampanye milik Trump dan Wakil Presiden Mike Pence. Konten itu sempat muncul selama sekitar 24 jam dan dilihat oleh ratusan ribu viewers.

(Baca: Instagram Bantah Riset yang Sebut Teknologinya Prioritaskan Foto Seksi)

Juru bicara kampanye Trump Tim Murtaugh membantah segitiga merah di iklan kampanye itu bukan merujuk pada simbol Nazi, melainkan simbol yang digunakan Antifa. Antifa adalah gerakan protes yang menentang neo-Nazi, fasisme, supremasi kulit putih dan rasisme. Kelompok aktivis ini terorganisasi secara longgar tanpa pemimpin.

"Jadi itu  dimaksudkan dalam iklan tentang antifa," kata Tim dikutip dari BBC.

Pihak Trump pun menyebut bahwa Facebook pun masih memiliki emoji dengan simbol serupa di platformnya. "Kami akan mencatat bahwa Facebook masih memiliki emoji segitiga merah terbalik yang digunakan, yang terlihat persis sama," kata Tim.

Dalam kampanyenya, Trump sering menuduh Antifa sebagai biang kerusuhan yang terjadi akibat protes di seluruh wilayah AS. Protes dilakukan warga AS usai kematian seorang warga kulit hitam George Floyd oleh polisi berkulit putih di Minneapolis. 

Floyd tewas setelah lehernya ditindih dengan lutut oleh oknum petugas polisi selama 8 menit saat penangkapan, meski tak bersenjata dan sempat berteriak meminta dilepaskan karena tak dapat berafas.

(Baca: Redam Protes Rasial, Trump Tandatangani Perintah Reformasi Kepolisian)

Bulan lalu, Trump mengatakan akan menunjuk kelompok Antifa ini sebagai organisasi teroris domestik. Meski begitu, para ahli hukum mempertanyakan wewenang Trump dalam tuduhan itu.

Upaya penghapusan iklan Trump di Facebook dilakukan setelah perusahaan didesak berkali-kali, bahkan oleh karyawannya sendiri. Karyawan Facebook menganggap unggahan Trump melanggengkan kekerasan dan melanggar standar komunitas platform.

Unggahan Trump di media sosial berisi kalimat "Ketika penjarahan dimulai, penembakan dimulai,". Kalimat itu mengacu pada demonstrasi menentang rasisme dan kebrutalan polisi setelah pembunuhan George Floyd pada 25 Mei lalu.

Sikap pembiaran Facebook ini pun berbeda dengan yang dilakukan Twitter. Media sosial ini menempelkan tanda dengan label cek fakta di unggahan Trump yang dianggap memicu kekerasan atau rasis.

Reporter: Fahmi Ahmad Burhan