Pengembang aplikasi konferensi video, Zoom Video Communications mengembangkan 10 fitur terkait keamanan dalam 90 hari. Ini dilakukan setelah marak terjadi zoomboombing di aplikasinya.
Zoomboombing merupakan istilah atas fenomena pengguna yang tidak diundang, mengikuti rapat online dan menyiarkan konten negatif. Aksi gurauan (prank) ini terjadi di beberapa negara, termasuk Singapura dan Indonesia.
Perusahaan pun melakukan perbaikan dari sisi keamanan sejak awal April hingga akhir Juni. "Kami berjanji untuk membuat sejumlah peningkatan dalam mengatasi persoalan keamanan dan privasi," kata CEO Zoom Eric Yuan dikutip dari blog resmi perusahaan, Rabu (1/7).
Selama 90 hari, Zoom mengalihkan semua engineer untuk berfokus mengatasi permasalahan keamanan dan privasi. "Kami merilis lebih dari 100 fitur," katanya.
(Baca: Marak Zoomboombing, Zoom Akuisisi Perusahaan Keamanan Data)
Salah satu fitur yang dirilis yakni enkripsi end-to-end, sehingga video hanya bisa dilihat oleh para pengguna yang mengikuti. Pihak mana pun termasuk perusahaan, tidak dapat melihatnya.
Lalu, enkripsi AES 256 GCM yang tersedia untuk semua pengguna, baik gratis maupun berbayar. Ada juga fitur laporkan pengguna.
Pengguna juga dapat mengatur kata sandi melalui pengaturan standar (default). Kemudian, host bisa menonaktifkan login beberapa perangkat dan menghilangkan kemampuan suara pengguna di platform (unmute).
Selain itu, ada fitur kedaluwarsa rekaman yang disimpan di cloud dan kontrol Zoom Chat yang diperketat. Lalu, ada rute data khusus berdasarkan geografis.
(Baca: Mudik Lebaran Dilarang, 5 Aplikasi Sediakan Layanan Video Call Gratis)
Fitur-fitur anyar tersebut bisa diakses pengguna jika memperbarui aplikasi ke versi Zoom 5.0. "Ke depan, kami menerapkan mekanisme untuk memastikan keamanan dan privasi tetap menjadi prioritas di setiap fase pengembangan produk dan fitur," ujarnya.
Selama masa perbaikan, Zoom mempekerjakan beberapa pakar keamanan. Mantan kepala keamanan Facebook Alex Stamos pun direkrut sebagai penasihat.
Zoom juga menunjuk mantan eksekutif keamanan di Salesforce.com Inc, Jason Lee sebagai kepala petugas keamanan informasi. (Baca: WhatsApp dan Zoom Bersaing, Ini 5 Aplikasi Terbaik Untuk Rapat Online)
Upaya perbaikan itu merupakan respons perusahaan terhadap fenomena Zoombombing. Fenomena ini terjadi, karena pengaturan default Zoom sebelumnya tidak dilengkapi kata sandi sehingga siapapun bisa mengikuti rapat.
Kasus teranyar, diskusi online terkait mineral dan batu bara (minerba) disusupi pengguna ‘asing’ yang menyiarkan gambar bermuatan pornografi. Webinar yang digelar Mei lalu ini bertajuk ‘revisi UU Nomor 4 Tahun 2009 Pertambangan Mineral dan Batu Bara Betulkah untuk Kepentingan Rakyat dan Negara?’.
Akun anonim juga sempat ikut dalam acara diskusi bertajuk ‘Kolaborasi Multistakeholders Memerangi Hoax dan Disinformasi di Tengah Pandemi Covid-19’pada April lalu (16/4). Acara ini diselenggarakan oleh Dewan Teknologi Informasi dan Komunikasi Nasional (Wantiknas).
Acara tersebut disusupi orang asing, yang menampilkan video pornografi saat diskusi sedang berlangsung. Padahal, acara ini dihadiri oleh Ketua Tim Pelaksana Wantiknas Ilham A Habibie, anggota Wantiknas Garuda Sugardo, dan Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik Kemkominfo Widodo Muktiyo.
(Baca: Akademisi Ungkap Penyebab RI Rawan Zoomboombing hingga Kebocoran Data)