Nilai investasi yang masuk ke startup Indonesia menurun 40,3% dari US$ 3,99 miliar pada 2018 menjadi US$ 2,38 miliar (sekitar Rp 32,54 triliun) tahun lalu. Meski begitu, jumlah kesepakatannya meningkat.
Berdasarkan data Cento Ventures, jumlah pendanaan naik dari 104 pada 2018 menjadi 131 kesepakatan tahun lalu. Itu artinya, investasi yang masuk ke startup Indonesia lebih banyak yang nilainya kecil.
Pendanaan pre-Seri A yang diinvestasikan ke perusahaan rintisan nasional rerata US$ 1 juta atau sekitar Rp 13,7 miliar. Sedangkan rata-rata pendanaan seri A dan seri B masing-masing US$ 4,6 juta (sekitar Rp 62,9 miliar) dan US$ 17 juta (Rp 232,4 miliar).
(Baca: Dampak Virus Corona Mengancam Potensi Pendanaan Startup di Asia)
Meski nilainya menurun, kontribusi investasi yang masuk ke startup Indonesia tetap merupakan yang terbesar di Asia Tenggara yakni 59%. Hanya, kontribusi itu menurun dibanding 2018 yang mencapai 76%.
Secara keseluruhan, nilai investasi ke startup di Asia Tenggara juga menurun dari US$ 11,96 miliar pada 2018 menjadi US$ 7,78 miliar tahun lalu. Sama seperti di Indonesia, jumlah pendanaannya meningkat dari 368 menjadi 616 kesepakatan pada 2019.
Nilai yang menurun, tetapi jumlah pendanaan yang meningkat itu menunjukkan bahwa investor mulai berinvestasi dengan nilai yang lebih kecil. “Tren yang mencolok pada 2019, lonjakan jumlah kesepakatan yang dilaporkan,” demikian dikutip dari laporan tersebut.
Nilai investasi | Jumlah Penawaran Pendanaan | |
2018 | 2019 | |
Kurang dari US$ 500 ribu | 114 | 255 |
US$ 500 ribu-US$ 2 juta | 92 | 136 |
US$ 2 juta-US$ 5 juta | 54 | 89 |
US$ 5 juta-US$ 10 juta | 34 | 53 |
US$ 10 juta-US$ 50 juta | 35 | 61 |
Di atas US$ 50 juta | 20 | 16 |
Total penawaran | 349 | 610 |
Catatan: untuk startup Asia Tenggara
Sumber: Cento Ventures
Investasi yang nilainya besar pada tahun lalu yakni yang diterima Traveloka (US$ 420 juta) dan VNPay (US$ 300 juta). Lalu beberapa startup seperti Ruangguru, Kredivo, Advance.ai, Tiki.vn, dan Scommerce juga mengumpulkan pendanaan dalam jumlah besar.
Namun, investasi baru yang diterima startup bervaluasi lebih dari US$ 10 miliar seperti Gojek dan Grab justru menurun dibanding 2018. Meski begitu, Cento Ventures mencatat bahwa kedua decacorn itu memiliki unit bisnis seperti jasa keuangan yang meningkatkan modal mereka secara mandiri.
“Meskipun tampaknya, nilai investasi yang menurun (ke startup bervaluasi besar) ini mungkin hanya fenomena sementara,” demikian dikutip. (Baca: Riset Google: Nilai Ekonomi Digital Indonesia Saat Ini Rp 568 Triliun)
Yang menarik, meski nilai investasi ke perusahaan rintisan di Asia Tenggara menurun, Vietnam dan Thailand justru tumbuh. Nilai investasi ke Vietnam naik dari US$ 287 juta pada 2018 menjadi US$ 741 juta tahun lalu.
Nilai investasi yang masuk ke startup Vietnam itu pertama kalinya melebihi Singapura, yang tahun lalu hanya mendapat US$ 693 juta. Kendati begitu, jumlah kesepakatan pendanaan di Singapura mencapai 191, bahkan melebihi Indonesia.
Begitu juga dengan nilai investasi ke perusahaan rintisan di Thailand meningkat dari US$ 78 juta menjadi US$ 135 juta. (Baca: Riset Google: Investasi ke Startup RI Rp 23,8 T, Terbesar di Regional)
Secara keseluruhan, Cento Ventures menilai bahwa jumlah kesepakatan pendanaan yang meningkat itu menunjukkan bahwa startup Asia Tenggara masih potensial. “Regional pada 2019 tetap menjadi wilayah yang sangat menarik bagi investor teknologi,” demikian dikutip.