Indonesia menghadapi kesenjangan daya saing digital antarwilayah. DKI Jakarta menjadi daerah dengan daya saing paling tinggi dengan skor 79,7. Daya saing paling kecil ada di Papua dengan skor 17,7. Ini tercermin dari hasil riset East Ventures Digital Competitiveness Index/EV-DCI) 2020.
Selanjutnya wilayah yang mempunyai daya saing digital yakni Jawa Barat dengan skor 55,0, diikuti Jawa Timur dan DI Yogyakarta. Posisi nomor urut dua hingga 10 besar memiliki skor yang tidak jauh berbeda dengan rentang antara 40-50. Beberapa wilayah memiliki daya saing yang melebihi ekspektasi, seperti Kalimantan Timur bercokol di posisi 6 dan Kepulauan Riau di posisi 10.
Untuk memperkecil disparitas itu, East Ventures menyarankan agar perusahaan rintisan atau startup besar Tanah Air seperti Tokopedia dan Traveloka berekspansi ke wilayah terpencil. "Startup besar harus punya moral beauty. Kembangkan daerah yang lebih kecil, EV DCI di daerah itu harusnya meningkat dengan ekspansi," kata Partner East Ventures Melisa Irene dalam video conference pada Rabu (12/8).
Sementara untuk startup-startup kecil, akan sulit untuk langsung berkembang di wilayah terpencil. Irene mengatakan, startup tersebut harus terlebih dahulu berkembang di wilayah yang mempunyai skor EV DCI tinggi seperti DKI Jakarta dan Jawa Barat.
Strategi itu juga bisa memberi pemerataan ekonomi yang baik antar daerah. Daerah yang memiliki tingkat daya saing digital rendah akan terdorong. "Taruh infrastruktur, ada flying field di daerah itu, dia bisa jual hasil mereka sekompetitif mungkin," ujarnya.
Indeks Daya Saing Digital dibuat East Ventures untuk mengukur kondisi ekonomi di wilayah Indonesia berdasarkan tiga aspek. Ketiganya adalah aspek input yang mencakup sejumlah pilar utama yang mendukung terciptanya ekonomi digital, aspek output yang menggambarkan sejumlah pilar terkait ekonomi digital yang dihasilkan, serta aspek penunjang yang mendukung secara tidak langsung pengembangan ekonomi digital.
Secara nasional, provinsi dengan peringkat rendah tidak terkonsentrasi di wilayah tertentu, tetapi tersebar merata di semua wilayah, kecuali Jawa.
Hal ini juga mengindikasikan bahwa sebaran ketimpangan daya saing digital bukan terjadi antara wilayah Barat dan Timur Indonesia, atau antara kota besar dan kota kecil.
Namun, ketimpangan lebih terjadi antara wilayah Jawa dan non-Jawa. Penyebabnya, wilayah selain Jawa memiliki sebaran yang cukup merata untuk daya saing digital.
(Baca juga: EV-DCI: Menilik Daya Saing Digital Daerah di Indonesia)