Permintaan Naik selama Pandemi, TaniFund Salurkan Pinjaman Rp 133 M

ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman/wsj.
Petani merawat tanaman selada (Lactuca sativa) yang dibudidayakan dengan sistem hidroponik di Kampung Lebakwana, Kramatwatu, Serang, Banten, Senin (27/7/2020). Startup teknologi finansial pembiayaan (fintech lending) untuk petani TaniFund mencatat penyaluran pinjaman Rp 133 miliar.
Editor: Ekarina
24/8/2020, 18.47 WIB

Startup teknologi finansial pembiayaan (fintech lending) untuk petani TaniFund mencatatkan peningkatan permintaan pinjaman selama pandemi corona. Sejak berdiri di 2017 hingga kini, TaniFund sudah menyalurkan pinjaman kepada petani hingga Rp 133,13 miliar.

Selama pandemi atau sejak Maret hingga Juli, anak usaha TaniHub ini telah menerima pengajuan pinjaman dari lebih 250 petani. "Petani baru on boarding selama pandemi, disbursement selama satu semester di 2020 naik dibanding 2019," kata Vice President of Business Development di TaniFund Grace Astari dalam video conference pada Senin (24/8). 

Pada tahun ini, TaniFund menargetkan pinjaman pada petani mencapai Rp 60 miliar. Adapun total pinjaman yang telah dilunasi hingga kini mencapai Rp 95,35 miliar, dengan rata-rata pengembalian 14,16%. 

Peningkatan pinjaman selama pandemi disebabkan banyaknya petani yang membutuhkan modal untuk meningkatkan produktivitas usahanya. "Lender kami percaya dengan ekosistem agrikultur ini seiring dengan tumbuhnya pertanian di tengah pandemi Covid-19," kata Grace. 

Tercatat, hingga kini, sudah ada 1.600 lender atau pemberi pinjaman di TaniFund. Rata-rata dari mereka merupakan lender per orangan, sementara dua lender lain berasal dari institusi.

Halaman:
Reporter: Fahmi Ahmad Burhan