Perusahaan milik negara, PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) dikabarkan mempertimbangkan investasi di Gojek dengan membeli obligasi konversi US$ 150 juta atau sekitar Rp 2,2 triliun. Pembicaraan di antara keduanya kabarnya berlangsung beberapa kali.
Sumber Bloomberg menyatakan bahwa pembicaraan masih berlanjut. Oleh karena itu, nilai dan waktu kesepakatannya belum ada kepastian.
Chief of Corporate Affairs Gojek Nila Marita mengatakan, perusahaan melihat peluang untuk mendukung akselerasi digital sebagai salah satu upaya berkontribusi kepada pertumbuhan dan ketahanan ekonomi Indonesia. "Terkait pemberitaan yang beredar, kami tidak dapat menanggapi hal tersebut," katanya kepada Katadata.co.id, Jumat (30/10).
Katadata.co.id juga sudah meminta konfirmasi terkait kabar tersebut kepada Direktur Digital Business Telkom Fajrin Rasyid. Namun, belum ada tanggapan hingga berita ini dirilis.
Sedangkan Direktur Utama Telkomsel Setyanto Hantoro enggan berkomentar mengenai hal itu, karena terikat dengan perjanjian kerahasiaan (non-disclosure agreement/NDA). “Sepanjang belum ada kesepakatan dari pihak-pihak yang terlibat, Telkomsel tidak dapat memberikan informasi apapun ke publik,” kata dia kepada Katadata.co.id, Kamis malam (29/10).
Ia hanya menjelaskan bahwa perusahaan terus mencari peluang pengembangan usaha baik secara organik maupun anorganik. Organik yakni dengan meningkatkan bisnis secara alami, sementara anorganik melalui merger atau akuisisi.
Langkah strategis tersebut merupakan bagian dari upaya memperkuat transformasi dan digitalisasi bisnis yang mengedepankan visi dan misi perseroan. Tentunya, berfokus pada pengembangan lini bisnis konektivitas, platform dan services digital.
Induk Telkomsel, Telkom disebut-sebut membidik Gojek sejak akhir 2018. Dana yang disiapkan tidak kurang dari US$ 500 juta atau sekitar Rp 7,35 triliun.
Tempo sebelumnya melaporkan, Telkomsel akan masuk melalui dua gelombang. Pertama, dalam bentuk surat utang konversi saham US$ 150 juta yang dicairkan bertahap selama setahun setelah transaksi ditutup. Selanjutnya, perusahaan punya opsi menambah US$350 juta lagi dengan harga yang sudah dikunci di awal.
Pada 2018, isu Telkom akan menyuntik modal Gojek muncul setelah Kementerian Perhubungan (Kemenhub) berdiskusi dengan badan usaha milik negara itu untuk membuat aplikasi berbagi tumpangan (ride-hailing). Namun, diskusi itu masih sangat awal.
Sebulan setelahnya, Telkom justru dikabarkan akan berinvestasi di decacorn nasional tersebut. Isu ini muncul di saat Gojek menjajaki pendanaan baru.
Pada Agustus lalu, isu tersebut muncul lagi. Tiga sumber DealStreetAsia menyampaikan, Telkom dalam pembicaraan untuk menyuntikkan modal ke Gojek melalui Telkomsel.
Akan tetapi, perusahaan modal ventura besutan Telkom Group, MDI Ventures menyampaikan tak berencana berinvestasi di Gojek. "Kami tidak tertarik di Gojek karena bukan target," ujar CEO MDI Ventures Donald Wihardja kepada Katadata.co.id, Agustus lalu (25/8).
Alasannya, valuasi decacorn tersebut sudah terlalu tinggi. "Gojek sudah di luar target modal ventura, harus mencari private equity seperti TPG atau Warburg Pincus," katanya.
Meski demikian, ia tak menampik rencana investasi ke Gojek sempat dibahas oleh induk usaha. Namun, ia tak mengetahui kelanjutan rencana tersebut.
(Revisi: Ada perubahan pada paragraf tiga, Jumat 30 Oktober 2020 Pukul 10.59 WIB)