Pendapatan raksasa teknologi asal Tiongkok Tencent meningkat 29 % pada kuartal ketiga 2020. Secara tahunan atau year on year (yoy), uang yang masuk ke perusahaan di triwulan itu 125,45 miliar yuan atau US$ 18,42 miliar, sekira Rp 261,2 triliun. Laba perusahaan juga tumbuh 33 % menjadi 33,33 miliar yuan atau US$ 5,03 miliar.
Pertumbuhan pendapatan induk aplikasi pesan singkat WeChat itu terdorong oleh bisnis gim online yang melejit di masa pandemi. Tercatat di kuartal ketiga 2020, pendapatan bisnis gim online Tencent tumbuh 45 % secara tahunan.
Gim online menghasilkan pendapatan 41,42 miliar yuan atau US$ 6,26 miliar. Jenis gim seluler diminati konsumen, seperti beberapa judul gim, Peacekeeper Elite, dan Honor of Kings. Pemasukan dari gim jenis ini 39,17 miliar yuan atau US$ 5,92 miliar. Sementara gim desktop menghasilkan 11,63 miliar yuan, senilai US$ 1,76 miliar.
Industri gim memang sedang moncer di masa pandemi corona. Organisasi kesehatan dunia WHO menganjurkan masyarakat bermain gim selama penerapan jarak secara fisik. Lembaga ini dan 18 pemain gim global pun mengampanyekan #PlayApartTogether.
Berdasarkan data dari situs datareportal, jumlah penikmat gim secara global 3,5 miliar orang. Hal ini membuat beberapa gime online kebanjiran permintaan, termasuk berbagai gim besutan Tencent.
Tencent Cloud dan firma riset CNG memperkirakan, pendapatan gim di Tiongkok tahun ini mencapai 270 miliar yuan atau US$ 39,6 miliar.
Tencent pun menjadi perusahaan pengembang gim yang paling dominan di pasar Cina. Berdasarkan data Statista, pada 2018, Tencent menguasai sekitar 47,3% dari total pasar gime seluler di Tiongkok.
Meski begitu, saat ini Tencent terkendala aturan anti-monopoli baru dari Pemerintah Tiongkok. Aturan itu menjegal tidak hanya Tencent yang menguasai pasar gim, tapi juga raksasa e-commerce Alibaba.
Meski begitu, Presiden Tencent Martin Lau mengatakan peraturan anti-monopoli bukanlah hal baru di Tiongkok. Menurutnya, ketika perusahaan teknologi semakin besar, peraturan baru tersebut mencerminkan kenyataan baru.
Ia juga mengatakan, Pemerintah Negeri Panda itu akan mendukung industri gim yang sedang dikembangkan Tencent itu. “Untuk gim, pada dasarnya adalah produk individual daripada platform,” kata Lau yang dikutip Reuters pada Kamis (12/11). Tencent akan bekerja sama dengan regulator dan mematuhi aturan agar tidak terjebak pada upaya monopoli di industri gim.
Bloomberg menuliskan, partner di firma hukum Han Kun, Ma Chen mengatakan, aturan anti-monopoli baru dibuat sebab otoritas khawatir Tencent dan Alibaba menjadi terlalu kuat, sehingga mempersulit korporasi lain berkembang. “Ini momen yang menentukan,” kata Ma beberapa waktu lalu.
Selain pada bisnis gim, pendapatan unit bisnis lainnya juga tumbuh. Bisnis jejaring sosial WeChat, misalnya, tumbuh 29 %, dan menghasilkan 28,38 miliar yuan US$ 4,29 miliar di kuartal ketiga.
Pertumbuhan bisnis WeChat terjadi di tengah upaya Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang melarang platform media sosial ini beroperasi di AS. Trump menuding WeChat telah membagikan data penggunanya dengan pemerintah Tiongkok dan menyensor topik tertentu yang bersifat politik.
“Dalam menghadapi tantangan kesehatan masyarakat, makroekonomi, dan geopolitik, kami akan berupaya mempertajam fokus, berinovasi, dan berkolaborasi dengan mitra kami,” kata CEO dan Chairman Tencent Ma Huateng yang dikutip ZDNet pada Kamis (12/11).
Di Tiongkok, WeChat merupakan pusat kehidupan digital masyarakat setempat untuk mengakses email, browsing, belanja, hingga melakukan pembayaran. Mayoritas penduduk di negara tersebut tidak menggunakan nomor telepon ataupun email. Orang asing yang sedang melancong ke sana bahkan harus mengunduh aplikasi WeChat dan mengisi saldo untuk memudahkan transaksi.
Selain itu, pendapatan iklan online naik 16% menjadi 21,35 miliar yuan atau US$ 3,23 miliar. Sementara unit bisnis fintech naik 24% menjadi 33,26 miliar yuan US$ 5,03 miliar.