Momentum Works: Transaksi GrabFood Rp 83 T, GoFood Rp 28 T pada 2020

Katadata/desy setyowati
Ilustrasi aplikasi Gojek dan Grab
Penulis: Desy Setyowati
13/1/2021, 10.00 WIB

Perusahaan venture building berbasis di Singapura, Momentum Works mencatat bahwa nilai transaksi bruto atau GMV pesan-antar makanan milik Grab yakni GrabFood mencapai US$ 5,9 miliar atau sekitar Rp 83 triliun pada 2020. Sedangkan GoFood dari Gojek hanya US$ 2 miliar atau Rp 28 triliun.

Grab pun menyumbang hampir setengah dari total GMV pesan-antar makanan di Asia Tenggara sepanjang tahun lalu, meski ada pandemi corona. Urutan kedua ditempati oleh startup asal Jerman, FoodPanda dengan US$ 2,5 miliar. Perusahaan rintian ini beroperasi di beberapa negara di regional.

Kemudian, disusul oleh Gojek dengan GMV US$ 2 miliar. Sedangkan, “total GMV pesan-antar makanan di Asia Tenggara naik 183% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi US$ 11,9 miliar pada tahun lalu,” demikian isi laporan, dikutip dari Tech In Asia, Selasa malam (12/1).

Nilai transaksi tertinggi di Indonesia yakni US$ 3,7 miliar. Disusul oleh Thailand US$ 2,8 miliar dan Singapura US$ 2,4 miliar pada 2020.

Momentum Works menilai, persaingan para startup pesan-antar makanan di Asia Tenggara dipercepat oleh pandemi virus corona. Ini terlihat pada Databoks di bawah ini:

Selain itu, karena faktor pertumbuhan ekonomi, urbanisasi, dan penetrasi ponsel pintar. Di Indonesia, jumlah pengguna smartphone dapat dilihat pada Databoks berikut:

Momentum Works menilai, perusahaan perlu mengontrol biaya akuisisi dan retensi. Selain itu, berfokus mendapatkan penghasilan tambahan, termasuk iklan dan pembiayaan untuk mencapai profitabilitas dan pertumbuhan jangka panjang.

“Keberhasilan Meituan di Tiongkok di mana biaya makanan dan tenaga kerja rendah, menunjukkan bahwa pertumbuhan dan profitabilitas tidak eksklusif untuk aplikasi super (superapp). Ini memberikan banyak pelajaran bagi para pemain di kawasan ini,” demikian isi laporan.

Momentum Works menilai, para pemain perlu menyeimbangkan harga makanan yang rendah dengan volume dan kepadatan transaksi yang lebih besar. Ini untuk mendorong penetrasi yang lebih baik atas layanan pesan-antar makanan.

Perusahaan juga dapat menyediakan layanan yang disesuaikan untuk restoran independen dengan sumber daya terbatas. Selain itu, investasi pada infrastruktur yang memadai guna mengatasi perbedaan pasar merupakan faktor kunci.