Grab Raih Pinjaman Rp 28 Triliun, Terbesar di Sektor Teknologi Asia

KATADATA | Ajeng Dinar Ulfiana
Ilustrasi helm Grab
Penulis: Desy Setyowati
1/2/2021, 15.47 WIB

Perusahaan penyedia layanan on-demand, Grab mengumpulkan pinjaman berjangka US$ 2 miliar atau sekitar Rp 28 triliun. Utang yang diraih oleh pesaing Gojek ini disebut-sebut merupakan yang terbesar di sektor teknologi Asia.

“Pinjaman tenor lima tahun itu ditingkatkan dari (awalnya) US$ 70 juta, setelah mendapatkan komitmen dari investor institusi internasional,” demikian kata Grab dalam pernyataan resmi, dikutip dari Reuters, Senin (1/2).

Co-Founder sekaligus CEO Grab Anthony Tan menilai, pinjaman tersebut menunjukkan kepercayaan investor terhadap perusahaan. “Ini karena kami terus membuat kemajuan yang konsisten dalam mencapai tonggak pertumbuhan dan keberlanjutan,” kata dia.

Grab mengatakan suku bunga pinjaman tersebut 450 basis poin di atas London Interbank Offer Rate (LIBOR). Data per pekan lalu (29/1), LIBOR rate 12 bulan sebesar 0,31%. Ini artinya, bunga pinjaman decacorn itu 4,81% per tahun.

JPMorgan menjadi bookrunner utama atas fasilitas pinjaman tersebut. Sedangkan Barclays, Deutsche Bank, HSBC, Mizuho, ​​MUFG dan Standard Chartered menjadi bookrunner bersama.

Bookrunner adalah pihak yang mengajak bank-bank lain untuk berpartisipasi dalam pembiayaan sindikasi. Bookrunner berperan sebagai arranger atau yang mengatur pembentukan sindikasi.

Sebelumnya, Grab dikabarkan bakal melakukan penawaran saham perdana alias IPO pada tahun ini. Pesaing Gojek itu pun menunjuk bank investasi asal Amerika Serikat (AS) Morgan Stanley dan JPMorgan Chase and Co untuk membantu dalam proses IPO.

Grab disebut-sebut menargetkan US$ 2 miliar atau Rp 28 triliun lewat IPO tersebut.

Sumber Bloomberg  mengatakan, kemungkinan ada lebih banyak bank yang dilibatkan untuk IPO Grab itu. Namun, rincian penawaran dapat berubah seiring pertimbangan-pertimbangan yang dikaji berikutnya.

Kini, Grab justru mengumumkan perolehan pinjaman US$ 2 miliar. Utang ini akan digunakan untuk tujuan umum perusahaan. Namun, tidak dijelaskan secara rinci.

Sedangkan valuasi Grab disebut-sebut lebih dari US$ 16 miliar. Pada bulan lalu, decacorn Singapura ini menyampaikan bahwa pendapatan bersih naik 70% secara tahunan (year on year/yoy) pada tahun lalu atau pulih dibandingkan tingkat sebelum ada pandemi corona.

Bisnis pesan-antar makanan Grab menyumbang lebih dari 50% pendapatan. Perusahaan memperkirakan, bisnis GrabFood mencapai titik impas pada akhir tahun ini.