Gojek dan Grab Incar Potensi Bisnis Bahan Pokok Online Rp 84 Triliun

ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
Pedagang menata sayuran yang dijual di Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Senin (27/1/2020).
17/2/2021, 19.21 WIB

Riset YouGov di Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam pada April 2020 juga menunjukkan, berbelanja bahan pokok melalui e-commerce atau media sosial meningkat drastis. Sekitar 80% dari konsumen pengguna internet berencana terus berbelanja bahan makanan secara online.

Selain itu, 77% konsumen lebih sering menyiapkan makanan di rumah ketimbang membeli ataupun makan di restoran.

Melihat potensi tersebut, para startup mulai merambah sektor ini dengan menawarkan layanan offline-to-online (O2O), pasar online maupun agregator. Gojek misalnya, meluncurkan GoToko dan GoStore,

Decacorn Tanah Air itu juga memperkuat layanan GoShop dan GoMart. "Untuk bisnis kebutuhan pokok sebenarnya tumbuh sekitar tujuh hingga delapan kali lipat," ujar Co-CEO Gojek Kevin Aluwi saat wawancara dalam program Squawk Box CNBC, bulan lalu (27/1).

Grab juga mengembangkan GrabMart karena permintaan meningkat selama pandemi. Tahun lalu, decacorn Singapura itu menjalin aliansi usaha dengan gerai ritel Grup Lippo. 

Perusahaan penyedia layanan on-demand itu juga menggandeng PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA). Matahari bisa membuat toko virtual Hypermart, Foodmart, Primo dan Hyfresh pada fitur GrabMart.

Dengan begitu, konsumen Grab dapat berbelanja bahan pokok, produk segar hingga kebutuhan rumah tangga dalam satu aplikasi.

Para e-commerce seperti Tokopedia, Bukalapak, dan Shopee juga memperkuat fitur kebutuhan bahan pokok.

Halaman:
Reporter: Fahmi Ahmad Burhan