Tren IPO Startup via Perusahaan Cek Kosong, Akulaku hingga Traveloka

ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/aww.
Warga mengamati aplikasi-aplikasi startup yang dapat diunduh melalui telepon pintar di Jakarta, Selasa (26/10/2021).
18/1/2022, 13.19 WIB

IPO startup diperkirakan diwarnai merger dengan perusahaan akuisisi bertujuan khusus atau SPAC tahun ini. Setidaknya ada empat yang menjajaki penawaran saham perdana menggunakan perusahaan cek kosong, salah satunya Akulaku.

SPAC disebut juga perusahaan cek kosong karena tidak memiliki operasi apa pun. Perusahaan jenis ini merupakan sarana investasi yang dibuat khusus untuk mengumpulkan dana para orang kaya.

Selanjutnya, dana itu dipakai untuk membiayai peluang merger atau akuisisi dalam jangka waktu yang ditetapkan. Tapi, target perusahaan yang dimerger atau diakuisisi biasanya belum diidentifikasi.

Jadi, IPO SPAC digunakan untuk menyelesaikan kesepakatan masa depan dengan perusahaan tertentu. Korporasi yang diakuisisi atau merger otomatis menjadi perusahaan publik, tanpa melalui proses penjang.

Startup yang baru-baru ini dikabarkan berencana IPO lewat merger dengan SPAC yakni Akulaku. “Entitas gabungan disebut-sebut sekitar US$ 2 miliar,” kata beberapa sumber Bloomberg yang mengetahui masalah tersebut, dikutip akhir pekan lalu (14/1).

Katadata.co.id pun mengonfirmasi kabar tersebut. Namun Akulaku belum dapat memberikan komentar.

Setidaknya ada empat perusahaan rintisan yang dikabarkan atau sudah berencana melantai di bursa saham lewat merger dengan SPAC. Keempatnya yakni:

1. Akulaku

Bloomberg melaporkan, startup ini menggaet penasihat dalam mencari kesepakatan potensial. Perusahaan teknologi finansial (fintech) ini juga dikabarkan dalam pembicaraan awal dengan SPAC Catcha Investment Corp, yang didirikan oleh pengusaha internet Patrick Grove.

“Penggabungan dengan perusahaan cek kosong dapat dilakukan segera tahun ini,” kata beberapa sumber.

Fintech lending itu juga dikabarkan sedang mencari pendanaan US$ 200 juta hingga US$ 300 juta. “Diskusi masih awal dan bisa gagal. Perusahaan dapat memutuskan untuk mengeksplorasi kombinasi dengan SPAC yang berbeda,” ujar sumber.

2. Kredivo

Startup fintech lending ini berencana IPO di bursa AS, Nasdaq tahun ini. Rencana IPO bakal dieksekusi usai induk usaha Kredivo, yakni FinaAccel diakuisisi oleh perusahaan investasi global AS yakni VPC Impact Acquisition Holdings II (VPCB).

Tahun lalu, FinAccel mengumumkan sudah memasuki tahap perjanjian definitif untuk penggabungan bisnis VPCB selaku perusahaan akuisisi bertujuan khusus atau SPAC.

"Ini menjadi kesempatan besar bagi kami untuk memenuhi berbagai kebutuhan kredit seperti pinjaman tunai, serta merealisasikan visi dalam mendorong akses kredit yang cepat, terjangkau dan mudah diakses kepada puluhan juta konsumen di Asia Tenggara," kata Co-Founder dan CEO FinAccel Akshay Garg dalam paparan virtual, tahun lalu (3/8/2021).

3. Tiket.com

CEO Tiket.com George Hendrata mengatakan, perusahaan akan semakin dekat dengan IPO tahun ini. Dia juga berkaca pada banyaknya startup sektor penyedia layanan perjalanan berbasis digital (OTA) yang mendapatkan keuntungan usai melantai di bursa.

"Maka kami akan mengikuti jalur yang sama," katanya dalam wawancara khusus dengan reporter Kr-Asia Simone Martin, tahun lalu (29/10/2021).

George juga menyebut bahwa 2022 akan menjadi tahun yang sibuk bagi perusahaan. Apalagi tahun ini akan menjadi pemulihan bisnis usai dihantam pandemi.

Dikutip dari Bloomberg, Tiket.com berencana IPO melalui SPAC, yakni COVA Acquisition Corp. Entitas gabungan keduanya berpotensi menghasilkan valuasi US$ 2 miliar.

4. Traveloka

Traveloka awalnya berencana IPO lewat SPAC. Unicorn ini dikabarkan akan merger dengan perusahaan SPAC asal Hong Kong, Bridgetown Holdings Ltd. Apabila merger terwujud, entitas gabungan keduanya diprediksi US$ 5 miliar atau Rp 73 triliun.

Namun, sumber Bloomberg melaporkan, direksi Traveloka memutuskan untuk tidak melanjutkan IPO melalui SPAC. Alasannya, karena antusiasme di pasar SPAC berkurang.

Co-Founder sekaligus Managing Partner Gayo Capital Edward Ismawan Chamdani mengatakan, IPO unicorn akan tetap diminati tahun depan. "Private investor bakal melirik IPO karena pertumbuhan tidak lagi seperti sebelumnya atau masa awal startup," ujarnya kepada Katadata.co.id, bulan lalu (31/12/2021).

Ia juga menilai, SPAC masih menjadi salah satu skema yang dipertimbangkan oleh startup untuk IPO. “Masih jadi pilihan," katanya. 

Namun, tingkat keberhasilan dari SPAC di luar negeri belum tentu menjadi jaminan. Bahkan, bisa jadi tidak sesuai ekspektasi.

Reporter: Fahmi Ahmad Burhan