Modal Ventura BUMN Gencar Incar Fintech hingga Startup Gim

Muhammad Zaenuddin|Katadata
Ilustrasi startup
3/2/2022, 19.03 WIB

Beberapa perusahaan modal ventura milik perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) gencar membidik peluang investasi pada usaha rintisan alias startup tahun ini. Ada sejumlah sektor yang menjadi incaran, di antaranya teknologi finansial (fintech), kesehatan, pendidikan, hingga gim.

Modal ventura milik PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom), MDI Ventures, akan fokus menyasar startup di sektor fintech. Sejauh ini, ada sejumlah startup fintech yang menjadi portofolio investasi MDI Ventures, diantaranya Amartha, Kredivo, PrivyID, hingga Cermati.

"MDI Ventures akan tetap fokus di fintech. Selain itu kesehatan, logistik, dan pertanian atau pangan," kata CEO MDI Ventures Donald Wihardja kepada Katadata.co.id, Kamis (3/2).

Di sektor kesehatan MDI Ventures telah berinvestasi di Alodokter, sedangkan di sektor logistik ada SiCepat dan pertanian ada TaniHub. Mereka juga akan menambahkan startup di sektor pendidikan dan solusi enterprise dalam portofolio tahun ini.

Donald memperkirakan, BUMN juga akan banyak berinvestasi di startup tahap akhir pendanaan atau late stage. Hal ini karena startup di tahap itu biasanya memiliki sumber pembiayaan yang dapat diandalkan dalam menjalankan rencana bisnis.

"Investasi di startup late stage ini akan mendominasi angka keseluruhan pada tahun ini," kata Donald.

Perusahaan berpelat merah lainnya Telkomsel juga gencar berinvestasi di startup dengan membentuk anak usaha baru bernama PT Telkomsel Ekosistem Digital. Entitas baru ini akan berfokus pada tiga sektor industri digital, yakni pendidikan, kesehatan, dan gim. 

Ketiga sektor ini dinilai memiliki potensi besar untuk mendorong perekonomian digital nasional. Telkomsel juga mempunyai perusahaan modal ventura bernama Telkomsel Mitra Inovasi (TMI) yang telah mendanai Kredivo, TaniHub, Halodoc, PrivyID, SiCepat, Inspigo, Qlue, TADA, dan Roambee. TMI juga menyasar startup di sejumlah sektor, seperti perdagangan, periklanan, media, hiburan, Internet of Things (IoT), hingga data analytics.

Sedangkan, perusahaan modal ventura dari Bank Mandiri, yakni Mandiri Capital Indonesia akan fokus menyasar startup di sektor fintech dan fintech enabler. Mandiri Capital juga akan melakukan pendanaan pada startup yang bergerak di bidang enabler korporasi dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), platform investasi, logistik, hingga pendidikan.

Direktur Utama Mandiri Capital Indonesia Eddi Danusaputro mengatakan, startup di sektor-sektor tersebut mampu mendorong inisiatif transformasi digital dan dampak positif bagi Mandiri Group melalui optimalisasi sinergi. "Kami punya komitmen untuk membangun ekosistem startup di Indonesia melalui investasi, pertumbuhan, dan exit yang sehat," katanya dalam siaran pers, pada Januari (18/1).

Mandiri Capital juga fokus menyasar startup tahap pertumbuhan atau growth stage. Perusahaan juga berencana memfasilitasi pendanaan di tahap yang lebih beragam, mulai dari pendanaan tahap awal atau seed funding hingga seri C.

Sebagai informasi, Mandiri Capital Indonesia telah berinvestasi di tujuh startup tahun lalu. Perusahaan rintisan yang disuntik modal bergerak di bidang fintech dan keuangan, misalnya Ayoconnect, Amartha, iSeller, Crowde, dan PrivyID.  Mandiri Capital juga terlibat dalam pendanaan pra-IPO Bukalapak pada tahun lalu.

 Sementara perusahaan modal ventura dari BRI, yakni BRI Ventures memiliki dua dana ventura yaitu Sembrani Nusantara dan Sembrani Kiqani yang berfokus pada pendanaan di sektor non-fintech.

Sembrani Nusantara berinvestasi di Sayurbox, Haus!, Brodo, Yummy Corp hingga Andalin. Sedangkan Sembrani Kiqani yang meluncur awal tahun ini, tengah melakukan penggalangan dana awal dari beberapa investor.

Anak usaha BRI itu juga berinvestasi ke lebih dari 18 startup baik fintech maupun non-fintech. Selain itu mereka telah meluncurkan dua dana ventura yang diikuti oleh Grab Ventures, Celebes Capital, Mahanusa Capital, Buana Investment, Pulau Intan, dan beberapa family offices lainnya.

Target Merah Putih Fund

Beberapa BUMN juga membuat program pendanaan startup bernama Merah Putih Fund dengan target pendanaan US$ 300 juta atau Rp 4,2 triliun. Merah Putih Fund menyasar startup soonicorn atau masih dalam tahap pengembangan dan berpotensi menjadi unicorn.

 Meski demikian, Merah Putih Fund tidak menetapkan target jumlah startup yang akan mendapatkan pendanaan tersebut. Hanya saja, ada syarat yang mesti dipenuhi oleh startup untuk mendapatkan pendanaan tersebut.

Pertama, founder atau pemiliknya adalah orang Indonesia. Kedua, startup mesti beroperasi di Indonesia. Ketiga, apabila berencana mencatatkan penawaran saham perdana ke publik atau IPO, harus di Bursa Efek Indonesia (BEI), bukan luar negeri.

Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan, BUMN membentuk program pendanaan tersebut agar semakin banyak startup Indonesia yang berpeluang menjadi unicorn. "Soonicorn ini merupakan langkah awal menjadi unicorn. Jumlah unicorn kami perkirakan akan terus bertumbuh, prediksi kami akan ada 25 unicorn," kata Erick tahun lalu (15/12).

 BUMN juga membuat program pendanaan itu untuk mendahului masuknya pendanaan asing kepada startup potensial di Indonesia. "Soonicorn ini berpotensi didanai asing. Jadi, kalau tidak cepat, startup Indonesia akan dikuasai asing," ujar dia.

Reporter: Fahmi Ahmad Burhan