Zilingo menangguhkan CEO Ankiti Bose, diduga karena melakukan malpraktik keuangan. Padahal, startup asal Singapura ini tengah menggalang dana yang bisa membuat valuasi perusahaan US$ 1 miliar atau Rp 14 triliun.
Sumber Bloomberg yang mengetahui masalah itu menyampaikan, Zilingo awalnya berusaha mengumpulkan dana hingga US$ 200 juta atau Rp 2,8 triliun dari investor dengan bantuan Goldman Sachs Group.
Di tengah upaya itu, calon investor dilaporkan menggelar penyelidikan terhadap praktik keuangan Zilingo. "Investor termasuk Temasek Holdings Pte dan Sequoia Capital India memulai penyelidikan atas praktik keuangan tersebut," kata sumber dikutip dari Bloomberg, Selasa (12/4).
Calon investor menyelidiki praktik keuangan Zilingo karena auditor perusahaan mempertanyakan catatan akuntansi. Penyelidikan berpusat di sekitar transaksi dan pendapatan bisnis pada seluruh platform.
Menurut regulator, Zilingo juga belum mengajukan laporan keuangan tahunan sejak 2019.
Bose membantah dugaan malpraktik keuangan perusahaan. Bose mengatakan, penangguhan jabatan CEO terjadi di tengah keluhan yang dia ajukan tentang pelecehan.
Ia pun menyewa pengacara dari Abraham Vergis dari Providence Law Asia. “Kami berpandangan bahwa penangguhan klien dilakukan dengan cara yang tidak sah dan cacat," kata Vergis.
Sebelumnya, dua direktur Zilingo yakni Xu Wei Yang dari Temasek dan Albert Shyy dari Burda Principal Investments Ltd, terlebih dahulu meninggalkan posisi di dewan perusahaan pada Maret.
Startup e-commerce itu didirikan oleh Bose dan Chief Technology and Product Officer Dhruv Kapoor di Singapura tujuh tahun lalu. Perusahaan membantu usaha kecil di seluruh Asia Selatan dan Asia Tenggara menjual barang mereka secara online.
Pada 2018, Zilingo mulai bekerja sama dengan perusahaan teknologi keuangan untuk memberikan modal kerja kepada penjual kecil. Ini dilakukan agar penjual kecil dapat membeli bahan baku untuk memproduksi barang.
Pada awal 2019, Zilingo mengumpulkan pendanaan US$ 226 juta atau Rp 3,2 triliun dari Sequoia dan Temasek. Pendanaan ini membuat valuasi Zilingo US$ 970 juta atau Rp 13,9 triliun.
Zilingo tumbuh menjadi pasar besar bagi pembeli dan penjual grosir di industri busana. Namun, perusahaan menghadapi masalah pertumbuhan setelah pembatasan selama pandemi Covid-19. Ini memaksa banyak usaha kecil untuk menutup usaha mereka.
Bahkan, Zilingo memangkas jumlah pekerja pada 2020. Mereka mengurangi tim pemasaran hingga pengadaan di Amerika Serikat (AS), Australia, Singapura, dan Indonesia.