Investor dari kalangan modal ventura akan lebih selektif dalam mendanai startup, karena mempertimbangkan kondisi ekonomi global. Hal itu membuat pendanaan ke perusahaan rintisan di Indonesia diramal menurun tahun ini.
CEO Mandiri Capital Indonesia Eddi Danusaputro mengatakan, investor kini mengurangi porsi pendanaan karena likuiditas berkurang. Langkah ini utamanya dilakukan oleh investor luar negeri.
“Memang pendanaan akan menurun. Apakah investor akan mengurangi alokasi ke startup? iya. Tapi itu khusus investor dari dana luar negeri. kalau lokal, lebih ada uangnya, meski tetap ada reducing,” kata Eddi kepada Katadata.co.id, pekan lalu (26/5).
Sedangkan pengetatan likuiditas terjadi karena dua faktor, yakni:
- Kebijakan moneter bank sentral di banyak negara
- Perang Rusia dan Ukraina yang berpengaruh terhadap suplai
“Menurut saya tidak ada hubungannya dengan pandemi corona. Investasi di startup kan untuk lima sampai 10 tahun. Masa, investasi tidak jalan hanya karena pandemi Covid-19,” kata dia kepada Katadata.co.id, akhir minggu lalu (28/5).
Dia memperkirakan, pengetatan likuiditas itu terjadi dalam satu sampai dua tahun. “Saya tidak tahu juga. Ini perkiraan saja,” ujar dia.
Co-Founder sekaligus Managing Partner di Ideosource dan Gayo Capital Edward Ismawan Chamdani mengatakan, kondisi ekonomi global membawa sentimen negatif bagi pendanaan startup, termasuk di Indonesia.
Meski begitu, investasi akan tetap ada, namun menyesuaikan fundamental startup dan potensi pasar yang menjanjikan.
Ia juga memperkirakan, tren penurunan pendanaan startup berlangsung maksimal dua tahun. “Sentimen bisa berpengaruh sesaat dan tergantung situasi,” kata Edward.
Berdasarkan data dari DSInnovate DailySocial, ada 76 pendanaan ke startup Tanah Air yang diumumkan ke publik pada kuartal pertama tahun ini.
Dari 50 pendanaan yang menyebutkan nominal, total investasinya US$ 1,22 miliar atau Rp 17,7 triliun. Angka ini meningkat dua kali lipat dibandingkan kuartal I 2021 40 pendanaan.
Total investasi startup tahun lalu mencapai US$ 554,7 juta atau Rp 8 miliar dari 24 transaksi yang diumumkan nominalnya.
Katadata.co.id mencatat, setidaknya ada 22 startup Indonesia yang mendapatkan suntikan dana selama kuartal I. Sektor startup yang memperoleh pendanaan beragam mulai dari social commerce, teknologi finansial (fintech) hingga quick commerce.
Rincian perusahaan rintisan yang meraih tambahan modal sejak Januari hingga Maret sebagai berikut:
- Aruna, sektor perikanan dan kelautan mendapatkan pendanaan seri A
- Colearn, sektor pendidikan meraih pendanaan seri A
- Ayoconnect, sektor fintech memperoleh pendanaan seri B
- Astro, sektor quick commerce mendapatkan pendanaan seri A
- Gajiku, sektor manajemen SDM meraih pendanaan seed funding
- Grouu, startup makanan bayi
- Kargo Technologies, sektor logistik
- Pansieve Technology sektor deep tech atau kecerdasan buatan alias artificial intelligence (AI) memperoleh pendanaan pre seed
- Noice, platform konten audio
- Ternak Uang, platform edukasi investasi finansial meraup pendanaan seed funding
- Grupin, sektor social commerce mendapatkan pendanaan seed funding
- Bananas, sektor quick commerce meraih pendanaan seed funding
- Majoo, pra seri A
- Brick, sektor fintech
- Zenius, sektor pendidikan
- AwanTunai, sektor fintech
- Igloo, sektor fintech memperoleh pendanaan seri B
- Akulaku, sektor fintech
- TipTip, sektor kreator konten mendapatkan pendanaan seed funding
- Sribu, sektor layanan crowdsourcing meraih pendanaan seri A
- Powerchain, sektor clean tech
- Aldmic, aggregator merchant memperoleh pendanaan seri A
Berdasarkan laporan Cento Ventures, porsi nilai investasi ke startup Indonesia dari modal ventura juga hanya 42% se-Asia Tenggara tahun lalu. Persentase ini menurun dibandingkan 2020 68% dan 2019 53%.
Porsi nilai investasi dari modal ventura ke startup Indonesia 42%. Ini artinya, pendanaan ke perusahaan rintisan Tanah Air sepanjang tahun lalu sekitar US$ 5,96 miliar atau sekitar Rp 230,1 triliun.