Sayurbox hingga Astro Diguyur Investasi, Kenapa E-Commerce Kilat Tren?
Sayurbox mengumumkan pendanaan seri C lebih dari US$ 120 juta atau lebih dari Rp 1,7 triliun pada Senin (21/3). Startup penyedia kebutuhan pokok ini menyediakan layanan e-commerce kilat (quick commerce) lewat SayurKilat.
Sebelum Sayurbox, ada dua startup di bidang quick commerce yang meraih pendanaan awal tahun ini. Mereka yakni Astro dan Bananas.
Selain itu, startup jumbo seperti Grab, Tokopedia, Bukalapak, dan Shopee merambah bisnis e-commerce kilat. Mereka menawarkan metode berbelanja hingga pengiriman hitungan jam, bahkan menit.
Dikutip dari Statista, quick commerce merupakan istilah yang menggambarkan bentuk e-commerce dengan pengiriman pesanan dalam jumlah kecil namun cepat.
Produk di platform quick commerce biasanya harus cepat diantar, seperti bahan makanan segar atau produk-produk rumah tangga.
“e-Grocery adalah garda terdepan berikutnya untuk e-commerce,” Co-Founder sekaligus Managing Partner Northstar Patrick Walujo dalam keterangan pers, Senin (21/3).
Northstar dan Alpha JWC Ventures memimpin pendanaan seri C Sayurbox. “Kami sangat senang dapat berpartisipasi dan bekerja sama dengan Amanda dan tim untuk mengembangkan platform Sayurbox ke seluruh Indonesia,” ujar dia.
Partner Alpha JWC Ventures Eko Kurniadi menambahkan, berkembang di sektor e-grocery bukanlah sesuatu yang mudah, mengingat resiko besar operasional dan logistik, serta perbedaan perilaku konsumen yang beragam.
Menurutnya Sayurbox menemukan kunci dan solusi mengatasi tantangan di industri ini. “Sayurbox kini menjadi perusahaan berkelas dunia, tak kalah dengan startup-startup e-grocery unggul lainnya secara global,” ujar Eko.
Operasional Sayurbox memungkinkan mereka mengantarkan produk segar dari petani ke konsumen hanya dalam 12 jam. “Dengan pendanaan ini, kami siap bekerja sama dengan Amanda (CEO Sayurbox) dan tim untuk berkembang lebih jauh lagi,” ujarnya.
VP of Investment East Ventures Devina Halim memperkirakan, bisnis quick commerce bertumbuh dan memiliki peluang besar di pasar. “Utamanya, mengingat besarnya pasar bahan makanan yang belum tergarap di Indonesia," kata Devina dalam siaran pers, bulan lalu (8/2).
East Ventures memimpin pendanaan tahap awal (seed funding) US$ 1,5 juta atau Rp 21,5 miliar kepada Bananas. Investor lain yang berpartisipasi yaitu SMDV, ARISE, MDI Ventures dan beberapa penanam modal individu alias angel investor.
Co-Founder sekaligus Managing Partner di Ideosource dan Gayo Capital Edward Ismawan mengatakan, sektor e-commerce memang menawarkan variasi layanan. Alhasil, akan ada banyak inovasi baru untuk mengisi ceruk kebutuhan pasar.
"Layanan instan seperti quick commerce menjadi salah satu inovasi layanan e-commerce. Dia meraup pasar kebutuhan pokok dengan banyak mengirimkan produk segar," kata Edward kepada Katadata.co.id.
SurveySensum memperkirakan, layanan quick commerce tren di e-commerce tahun ini. Prediksi ini tertuang dalam laporan bertajuk ‘Tren E-commerce 2022 di Indonesia’.
Laporan itu berdasarkan survei kepada 1.000 responden bulan lalu dan membandingkannya dengan data 2021.
Quantitative Research Manager NeuroSensum Indonesia Oscar Simamora mengatakan, berdasarkan survei tersebut, e-commerce akan mengandalkan layanan pengiriman kilat. Alasannya, permintaan melonjak sejak tahun lalu.
"Ini konsumen secara produk mereka menginginkan layanan cepat," kata Oscar dalam konferensi pers virtual, bulan lalu (10/2).
SurveySensum mencatat, terdapat peningkatan 42% pencarian untuk belanja cepat atau quick commerce pada 2021. “Konsumen tidak lagi ingin dapat layanan pengiriman dari fasilitas logistik biasa, tapi ingin layanan seperti GrabExpress," katanya.
Pencarian untuk layanan instan meningkat 700% tahun lalu. Pertumbuhan layanan same day delivery pun melonjak tiga kali lipat.