Investor Ungkap Alasan Startup Marak PHK, Salah Satunya Perang Rusia

Desy Setyowati
30 Mei 2022, 14:29
Silicon Valley, amerika, cina, startup, rusia, startup phk, phk,
Business Institute Indonesia
Silicon Valley

Startup di banyak negara melakukan pemutusan hubungan kerja alias PHK, termasuk di Indonesia. Salah satu faktor penyebabnya yakni perang Rusia dan Ukraina.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Modal Ventura Untuk Startup Indonesia (Amvesindo) Eddi Danusaputro menyampaikan, likuiditas di sektor startup berkurang. Alhasil, investor semakin selektif dalam menyuntikkan dana ke perusahaan rintisan.

“Investor sudah selektif. Tidak lagi akan menyetujui ‘bakar uang’ yang tidak ada habisnya. Oleh sebab itu, startup harus pintar mengolah dana, jadi mereka melakukan efisiensi,” kata Eddi kepada Katadata.co.id, akhir pekan lalu (28/5).

“Efisiensi tidak hanya PHK. Bisa mengurangi biaya pemasaran atau menunda peluncuran produk baru. Kami sebagai investor apresiasi kalau mereka memutuskan PHK, karena harus survive. Mereka harus begitu ketimbang tutup,” tambah dia.

Sedangkan pengetatan likuiditas terjadi karena beberapa faktor, yakni:

  • Kebijakan moneter bank sentral di banyak negara
  • Perang Rusia dan Ukraina yang berpengaruh terhadap suplai

“Menurut saya tidak ada hubungannya dengan pandemi corona. Investasi di startup kan untuk lima sampai 10 tahun. Masa, investasi tidak jalan hanya karena pandemi Covid-19,” kata dia.

Dia memperkirakan, pengetatan likuiditas itu terjadi dalam satu sampai dua tahun. “Saya tidak tahu juga. Ini perkiraan saja,” ujar dia.

Hal senada disampaikan oleh Managing Partner East Ventures Roderick Purwana. Menurutnya, perusahaan teknologi di Silicon Valley, Amerika Serikat (AS) yang marak PHK terjadi karena sejumlah pemicu, seperti:

  • Ekspektasi investor kepada perusahaan teknologi berkurang setelah pandemi Covid-19
  • Tingginya inflasi dunia yang membuat bank sentral AS, The Fed menaikkan suku bunga
  • Kekhawatiran geopolitik, seperti perang Rusia dan Ukraina

"Ini akan memberi dampak ke dunia, dimana investor lari ke aset yang lebih aman," kata Roderick, dua minggu lalu (17/5).

Khusus di Indonesia, menurutnya relatif lebih terjaga. Sebab, ekonomi Indonesia secara makro cenderung stabil. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pertumbuhan ekonomi kuartal I mencapai 5,01% secara tahunan.

Meski begitu, startup Indonesia tetap terkena imbasnya. "Ada perubahan pola pendanaan dan valuasi," katanya.

Menurutnya, investor akan mencari startup Indonesia yang dianggap berkualitas. Sedangkan, dari sisi valuasi akan ada penyesuaian.

Alibaba Group Holding misalnya, memberhentikan sekitar 40% staf di perusahaan patungannya di Rusia, AliExpress Russia. “Hal ini karena krisis Ukraina mengganggu bisnis lintas-batas,” demikian dikutip dari Economic Times, dua pekan lalu (14/5).

Halaman:
Reporter: Fahmi Ahmad Burhan
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...