Marak PHK, Benarkah Startup Indonesia Mengalami Bubble Burst?

Katadata
Diskusi Katadata Forum dengan tema "Transformasi Indonesia Menuju Raksasa Ekonomi Digital" di Jakarta, pada 2018.
20/6/2022, 11.46 WIB

Istilah bubble burst muncul di Indonesia setelah setidaknya tujuh startup melakukan pemutusan hubungan kerja atau PHK tahun ini. Apakah benar perusahaan rintisan Tanah Air mengalami bubble burst?

Bubble burst pernah mengguncang industri internet pada 1990-an, yang dikenal juga dengan istilah dotcom bubble.

Kehancuran dot-com atau gelembung dot-com terjadi pada periode 1998 hingga awal 2000-an. Saat itu, banyak perusahaan yang mencantumkan nama dot-com.

Mereka melantai di bursa efek dan mencatatkan harga saham yang meroket.

Perusahaan dot-com saat itu banyak menjalankan model perusahaan rintisan yang bereksperimen dengan cara-cara baru dalam berbisnis. Namun, mereka tidak punya arah bisnis yang jelas dan tidak stabil.

Kemudian, gelembung dot-com meledak dan harga saham perusahaan internet itu runtuh. Bahkan banyak di antaranya yang gulung tikar.

Menurut Mantan Menteri Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Rudiantara, kondisi startup di Indonesia saat ini bukan bubble burst. Ia menilai, maraknya PHK oleh perusahaan rintisan nasional terlalu dikaitkan dengan anjloknya harga saham sejumlah raksasa teknologi di Amerika Serikat (AS).

"Seharusnya bisa dibedakan dunia startup dengan perusahaan teknologi global seperti Apple, Microsoft, Amazon, atau Meta. Saya rasa ini terbawa imbas persepsi, karena sama-sama mengandalkan teknologi," kata Rudiantara dalam wawancara khusus dengan Katadata.co.id, baru-baru ini.

Menurutnya, apa yang terjadi pada startup Indonesia saat ini hanya proses penyesuaian. "Memang secara alamiah, itu yang terjadi," katanya.

Ia mengatakan, cara pandang atau mindset investor startup saat ini berubah. Penanam modal tidak lagi menginginkan perusahaan rintisan yang jor-joran beli pasar atau bakar uang.

Investor menginginkan startup yang bisa menghasilkan arus kas dan EBITDA positif.

Halaman:
Reporter: Fahmi Ahmad Burhan