Proyeksi Dampak ‘Zombi Unicorn’ di Silicon Valley ke Startup Indonesia

Fahmi Ahmad Burhan
17 Mei 2022, 17:21
startup, pendanaan, silicon valley, zombi unicorn
Katadata
Diskusi Katadata Forum dengan tema "Transformasi Indonesia Menuju Raksasa Ekonomi Digital" di Jakarta, pada 2018.

Korporasi teknologi di Silicon Valley, Amerika Serikat (AS) mencatatkan masa terburuk tahun ini dan disebut ‘zombie unicorn’. Perusahaan modal ventura East Ventures memperkirakan, ada sejumlah dampak yang akan dirasakan oleh startup Indonesia.

Silicon Valley merupakan pusat inovasi di Amerika yang mencetak banyak perusahaan teknologi raksasa seperti Apple, Facebook, Google, Netflix, Tesla, Twitter hingga Yahoo. Letaknya di selatan San Francisco, California, AS. Wilayah ini menampung sekitar 2.000 perusahaan teknologi.

Sejumlah perusahaan teknologi di Silicon Valley, AS mencatatkan kinerja buruk dan disebut zombie unicorn. Frasa zombi unicorn merujuk pada perusahaan rintisan bernilai tinggi tetapi goyah dan membutuhkan investor baru untuk menyelamatkan bisnis mereka.

Harga saham startup olahraga di Silicon Valley, Peloton misalnya turun dari US$ 163 pada akhir 2020 menjadi sekitar US$ 17 pada awal bulan ini (5/5). The Wall Street Journal melaporkan, eksekutif perusahaan ingin menjual saham minoritas kepada investor luar.

Peloton juga memberhentikan atau melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) ribuan karyawannya pada Februari.

Kemudian, perusahaan klip video selebritas Cameo merumahkan 87 orang atau sekitar seperempat dari total staf minggu lalu.

Lalu, platform investasi berbasis online untuk saham, kripto, dan emas, Robinhood mencatatkan penurunan harga saham 4,62% di Nasdaq pada awal bulan ini (6/5). Robinhood juga memberhentikan 9% dari total karyawan penuh waktunya.

Perusahaan barang konsumen Thrasio juga dikabarkan memberhentikan sebagian karyawan. PHK ini menjadi bagian dari reorganisasi yang lebih besar perusahaan.

Managing Partner East Ventures Roderick Purwana mengatakan, masa terburuk perusahaan teknologi Silicon Valley itu terjadi karena sejumlah pemicu, seperti:

  1. Ekspektasi investor kepada perusahaan teknologi berkurang setelah pandemi Covid-19
  2. Tingginya inflasi dunia yang membuat bank sentral AS, The Fed menaikkan suku bunga
  3. Kekhawatiran geopolitik, seperti perang Rusia dan Ukraina

"Ini akan memberi dampak ke dunia, dimana investor lari ke aset yang lebih aman," kata Roderick, Selasa (17/5).

Halaman:
Reporter: Fahmi Ahmad Burhan
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...