Startup di Indonesia yang melakukan pemutusan hubungan kerja alias PHK terus bertambah. Investor menyampaikan, perusahaan rintisan bukan hanya dipaksa untuk untung di tengah kondisi makroekonomi saat ini, tetapi juga tumbuh berkelanjutan.
Salah satu pendiri dan mitra pengelola Antler untuk Asia Jussi Salovaara menyampaikan, investor yang ada di perusahaan rintisan secara aktif menyarankan para pendiri (founder) untuk bersiap menghadapi ‘musim dingin’ alias ‘tech winter’.
“Modal ventura mendorong para pendiri untuk memiliki runway yang lebih panjang,” ujar Salovaara dikutip dari CNBC Internasional, akhir pekan lalu (9/12). Dalam konteks startup, runway mengacu pada berapa lama perusahaan dapat bertahan di pasar, jika pendapatan dan pengeluaran konstan.
Ia juga menyampaikan, startup-startup yang melakukan PHK itu mungkin bekerja dengan baik secara operasional, seperti bisnis tumbuh atau bahkan hampir untung. “Tetapi mereka perlu memastikan bahwa bisnis tumbuh berkelanjutan,” tambah dia.
Sedangkan Co-founder sekaligus Managing Partner Alpha JWC Ventures yang berbasis di Indonesia Jefrey Joe mengatakan, sebelumnya para pendiri startup memang didorong untuk tumbuh cepat.
Sedangkan sejumlah negara menghadapi ancaman resesi ekonomi saat ini. “Maka perlu ada perubahan yang dilakukan saat organisasi mengalami pergeseran dari pertumbuhan kuat menuju pertumbuhan berkelanjutan,” katanya.
“Misalnya, Anda mungkin tidak memerlukan terlalu banyak tenaga pemasaran jika anggaran pemasaran dipotong,” tambah dia. Ini artinya, startup berpotensi melakukan PHK di divisi ini.
“Kami sampaikan kepada para pendiri startup agar bersiap bahwa tahun depan tidak akan lebih mudah dari tahun ini,” kata Jefrey Joe.
Salah satu pendiri sekaligus CEO agregator merek e-commerce Rainforest yang berbasis di Singapura Jia Jih Chai menyampaikan, para pendiri startup berhati-hati dalam mengelola biaya.
“Itu untuk memastikan ada runway cukup hingga akhir 2024,” kata Jia Jih Chai. Dia sebelumnya menjabat wakil presiden senior di Carousell dan direktur pelaksana di Airbnb.
Carousell melakukan PHK terhadap sekitar 10% dari jumlah karyawan atau 110 orang baru-baru ini.
“Ada tanda-tanda bahwa kami memasuki resesi, jika belum melakukannya (memastikan runway panjang). Oleh karena itu, permintaan pelanggan kemungkinan lebih lambat pada 2023,” kata Chai.
Namun jurnalis Silicon Valley yang juga menjalankan buletin dan podcast independen bernama Big Technology Alex Kantrowitz heran dengan perusahaan teknologi yang masif ekspansi saat pandemi corona.
“Mereka memperkirakan bahwa perubahan perilaku Covid-19 akan bertahan selamanya,” kata Alex kepada CNBC’s ‘TechCheck’.
Alhasil, sejumlah perusahaan teknologi gencar merekrut banyak pekerja. Hal ini juga terjadi di Indonesia.
“Jelas, begitu Anda diizinkan pergi ke restoran, bergaul dengan teman di luar, penggunaan Netflix, Facebook, Shopify, dan Amazon akan turun. Jadi mengapa semuanya membangun seolah-olah itu akan bertahan selamanya?” ujar dia.
Sedangkan daftar startup yang melakukan PHK di Indonesia sejak awal tahun, di antaranya:
- Xendit
- Carsome
- Shopee Indonesia
- Grab
- Tokocrypto
- MPL
- Lummo
- Tanihub
- Mamikos (belum ada konfirmasi)
- Zenius (dua kali PHK)
- JD.ID
- Line
- Beres.id
- Pahamify
- LinkAja
- SiCepat
- Yummy Corp (belum ada konfirmasi)
- Bananas
- Ruangguru
- GoTo 12% atau 1.300 orang
- KoinWorks
- Ajaib
- OYO 10% dari total atau 250 orang
- Sayurbox 5%
- Ula 23% atau 134 orang
- Sirclo 8% karyawan
- Glints 18%