Nilai Ekonomi Digital Rp 1.656 Triliun, Ditopang Belanja Online hingga Ojol
Nilai transaksi ekonomi digital alias GMV diperkirakan US$ 99 miliar atau Rp 1.656 triliun (kurs Rp 16.740 per US$) tahun ini. Pertumbuhannya mencapai 14% secara tahunan alias year on year (yoy).
Merujuk pada laporan bertajuk eConomy SEA 2025 yang dirilis oleh Google, Temasek, dan Bain & Company, proyeksi pertumbuhan nilai transaksi ekonomi digital Indonesia tahun ini melebihi tahun lalu 9%. Rinciannya sebagai berikut:
- 2023: US$ 80 miliar
- 2024: US$ 87 miliar
- 2025: US$ 99 miliar (proyeksi)
- 2030: US$ 180 miliar – US$ 340 miliar (proyeksi)
Seluruh sub-sektor ekonomi digital diperkirakan tumbuh tahun ini. Rinciannya sebagai berikut:
- E-commerce: US$ 71 miliar, naik 14%
- Perjalanan online alias online travel agent (OTA): US$ 9 miliar, naik 9%
- Transportasi dan makanan, seperti taksi online dan ojol: US$ 10 miliar, naik 13%
- Media online: US$ 9 miliar, naik 16%
- Pembayaran digital: US$ 538 miliar, naik 27%
- Pinjaman daring alias pinjol: US$ 13 miliar (berupa saldo buku pinjaman), naik 29%
- Investasi online: US$ 6 miliar, naik 25%
- Asuransi online: US$ 200 juta, naik 18%
Pertumbuhan nilai transaksi ekonomi digital Indonesia yang sebesar 14% hampir tiga kali lipat kenaikan ekonomi nasional 5,04% pada kuartal
Google, Temasek, dan Bain & Company mencatat transaksi belanja online, khususnya melalui fitur video mendorong pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia. Jumlah penjual yang menggunakan konten video melonjak hingga 75% yoy menjadi 800 ribu, sehingga mendorong peningkatan volume transaksi 90% menjadi 2,6 miliar selama setahun.
Laporan eConomy SEA 2025 juga menyoroti penggunaan QRIS yang signifikan. “QRIS nasional terus berkembang pesat, sehingga mampu menyatukan pasar dan mendorong penerapan teknologi digitak secara luas,” demikian dikutip dari laporan, Kamis (13/11).
Pada saat yang sama, bank digital baru, yang banyak di antaranya didukung oleh perusahaan teknologi besar, memperoleh nasabah dan pangsa pasar dengan cepat, sehingga memicu gelombang baru persaingan dan inovasi di seluruh sektor jasa keuangan.