Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution optimistis, ekonomi dan keuangan digital (fintech) dapat meningkatkan inklusi keuangan di Indonesia. Ia pun mengharapkan empat hal pada industri ini.
Pertama, menjangkau populasi di kawasan terluar dan terdalam di Indonesia. Dengan begitu, ia berharap target inklusi keuangan 75% tahun ini.
Kedua, fintech bekerja sama dengan agen perbankan. “Saya harap ekosistem melihat pasar potensial untuk tumbuh bersama dengan agen bank yang sudah ada menggaet konsumen yang belum mendapat akses keuangan,” katanya di acara Fintech Summit 2019 di Jakarta, Senin (23/9).
Ketiga, fintech tidak hanya fokus mencari keuntungan, tetapi juga fokus meningkatkan edukasi dan proteksi kepada konsumen. Terakhir, fintech terintegrasi dengan sektor ekonomi riil yang telah mengadopsi teknologi.
(Baca: Menteri Darmin: Fintech di Indonesia Hadapi Empat Tantangan)
Berdasarkan data Findex, jumlah penduduk dewasa yang memiliki akses layanan keuangan naik dari sekitar 36% pada 2014 menjadi 48,9% pada 2017. Namun, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat jumlahnya sudah mencapai 68,7% pada 2017.
Namun, pemerintah menargetkan inklusi keuangan bisa mencapai 75% tahun ini. “Kami percaya pada inovasi dalam industri digital dan teknologi untuk mencapai inklusi keuangan ini dengan lebih cepat,” kata dia.
Saat ini, ada 113 fintech pinjam-meminjam (lending) yang terdaftar di OJK. Lalu, Bank Indonesia (BI) telah memberikan izin kepada 58 penyelenggara teknologi finansial dan 38 penyelenggara uang elektronik.
Berdasarkan data Asosiasi Fintech Indonesia (Aftech), 70% portfolio fintech merupakan masyarakat yang belum mendapat akses keuangan (unbanked) dan terlayani bank (underserve).
(Baca: Ada Fintech, BI Optimistis Inklusi Keuangan Capai Target 75% Tahun Ini)
Staf Khusus Menteri Komunikasi dan Informatika (Kominfo ) Lis Lestari Sutjiati menilai, inklusi keuangan hanya mencapai 59% bila mengandalkan industri keuangan konvensional saja. "Masih ada gap 16% ini yang bisa digarap oleh fintech," kata dia pada Agustus 2018.
Ia mencatat, bank memiliki 38 ribu unit laku pandai (branchless banking) dengan 900 ribu agen, 104 ribu anjungan tunai mandiri (ATM), dan 500 ribu mesin Electronic Data Capture (EDC). Namun, dengan segala fasilitas itu, bank hanya bisa menjangkau 1,5 juta masyarakat yang belum terakses perbankan.
Sedangkan, 69% dari masyarakat unbanked memiliki ponsel. Dengan dukungan ponsel tersebut mereka bisa menggunakan layanan fintech. Toh, tidak semua laku pandai bisa mencakup daerah terluar, tertinggal dan terdepan (3T) di Tanah Air.
(Baca: Darmin Sebut Fintech Ampuh Dorong Inklusi Keuangan Dibandingkan Bank)