Grab Optimistis Raup Untung Lewat GrabFood dalam Jangka Panjang

Katadata/Michael Reily
Ilustrasi, Managing Director Grab Indonesia Mediko Azwar (kiri) dan Presiden Grab Indonesia Ridzki Kramadibrata mencoba layanan pesan-antar GrabFood di Epicentrum, Jakarta, Jumat (29/3). Grab optimistis raup untung dalam jangka panjang, dengan cara mendorong layanan GrabFood.
Penulis: Desy Setyowati
16/9/2019, 16.51 WIB

Grab menilai layanan pesan-antar makanan bisa meningkatkan pertumbuhan dan profitabilitas dalam jangka panjang. Karena itu, decacorn asal Singapura ini bakal berfokus pada GrabFood.

“Grab bertaruh pada bisnis pesan-antar makanan yang sedang tumbuh untuk mendorong pertumbuhan dan profitabilitas dalam jangka panjang,” kata seorang eksekutif senior Grab kepada reporter CNBC Saheli Roy Choudhury, Senin (16/9).

Regional Head of GrabFood Kell Jay Lim mengatakan, nilai penjualan bruto (gross merchandise value/GMV) bisnis pesan-antar makanan di perusahaannya tumbuh 900% secara tahunan (year on year/yoy) per Juni 2019. Sedangkan volume pengiriman tumbuh tujuh kali.

Secara keseluruhan, GrabFood menyumbang sekitar 20% terhadap total GMV Grab saat ini. Kontribusi ini naik signifikan dibanding periode sama tahun lalu, yang hanya di bawah 5%.

(Baca: Babak Baru Pertarungan Gojek dan Grab di Tiga Layanan)

Saat ini, Grab memiliki seitar 200 ribu mitra GrabFood. “Ruang untuk (GrabFood) tumbuh masih luar biasa,” kata Lim. Apalagi, menurutnya layanan pesan-antar makanan di Asia Tenggara relative baru dibanding Tiongkok dan Amerika Serikat (AS).

Mitra GrabFood tersebar di 200 kota di Indonesia, Thailand, Malaysia, Singapura, Filipina, dan Vietnam. Jumlah itu meningkat dibanding awal 2018, yang hanya dua kota di Indonesia.

Layanan pesan-antar makanan ini pun disediakan Grab sejak 2016. “Kami benar-benar melihat bahwa industri makanan memiliki margin yang lebih baik daripada berbagi tumpangan (ride-hailing). Kami percaya bahwa bisnis makanan akan mendorong pertumbuhan dan membawa kami ke profitabilitas dalam jangka Panjang,” katanya.

Di Indonesia, Grab pun menargetkan membuka 50 GrabKitchen di seluruh Indonesia hingga akhir 2019. GrabKitchen merupakan layanan khusus Grab, dengan skema dapur berbasis digital.

Layanan ini mirip dengan GoFood Festival di Indonesia. Bedanya, konsumen tidak bisa makan dan minum di GrabKitchen. Karena itu, model bisnis GrabKitchen disebut dapur berbasis komputasi awan (cloud kitchen). Konsep seperti ini juga sudah dikembangkan di negara lain.

(Baca: Perkuat GrabFood, 50 GrabKitchen Akan Dibuka hingga Akhir Tahun)

Berdasarkan data ResearchAndMarkets.com, nilai bisnis layanan pesan-antar makanan secara global mencapai US$ 84,6 miliar sepanjang tahun lalu. Jumlah ini diprediksi naik menjadi US$ 164,5 miliar pada 2024. Proyeksi tersebut menunjukkan bahwa laju pertumbuhan majemuk tahunan atau Compound Annual Growth Rate (CAGR) bisnis ini sekitar 11,4% selama 2019-2024.

Di Asia, data Statista memperlihatkan bahwa pendapatan industri ini mencapai US$ 58,4 juta sejak awal tahun ini. CAGR pendapatan dari layanan antar-pesan ditaksir 10,5% sepanjang 2019-2023. Sebagian besar pendapatan ini diraih Tiongkok, yakni US$ 40,2 juta sejak awal 2019.

Di Indonesia, Gojek telah menggaet hampir 400 ribu mitra GoFood. Sebanyak 96% di antaranya merupakan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).

(Baca: Saingi GoFood, Grab Perkuat Tim Riset Terkait GrabFood di Indonesia)