Dua operator telekomunikasi Indonesia menggaet perusahaan teknologi asing untuk mendorong kualitas jaringan internet. Bedanya, Indosat Ooredoo menggaet perusahaan telekomunikasi Swedia Ericsson, sedangkan XL Axiata memilih Huawei Technologies.
Chief Operation Officer Indosat Ooredoo Vikram Sinha mengatakan pihaknya menandatangani kerja sama dengan Ericsson selama lima tahun. Melalui kerja sama tersebut, Ericsson Operations Engine bakal menerapkan teknologi otomatisasi, machine learning, dan teknologi Artificial Inteligence (AI) dalam jaringan Indosat mulai Juli 2020.
Tujuannya untuk meningkatkan kinerja jaringan dan pengalaman pengguna, serta mengelola pusat operasi jaringan operator dan kegiatan pemeliharaan lapangan di seluruh Indonesia.
Kontrak baru ini, menurut Vikram, merupakan perluasan dari kerja sama yang telah terjalin lama antara Ericsson dengan Indosat Ooredoo di Indonesia. Ia melanjutkan, kerja sama itu akan meningkatkan investasi global Ericsson dalam pemutakhiran teknologi jaringan.
Di sisi lain, daya saing Indosat Ooredoo bakal semakin meningkat karena kemampuan jaringan lebih kuat. Selain itu, Indosat bakal lebih efisiensi dalam operasional, energi dan biaya.
"Dengan mengadopsi keahlian tingkat global dan praktik terbaik Ericsson, pelanggan Indosat Ooredoo akan terus menikmati layanan kelas dunia. Sedangkan operator telekomunikasi dapat fokus memberikan nilai yang lebih besar kepada para pemegang sahamnya," ujar Vikram dikutip dari siaran pers, Rabu (28/5).
(Baca: Operator Telekomunikasi Perpanjang Promo Gratis Kuota selama WFH)
(Baca: Industri Gim Indonesia Tumbuh 20% Efek Pandemi Corona)
Vikram menambahkan, melalui kerja sama dengan Ericsson, perusahaan berharap dapat membangun pengaturan operasi jaringan yang efisien dan sepenuhnya otomatis dengan teknologi AI terbaru. Selain itu, sistem analitik berbasis data dan platform machine learning diharapkan mampu berfokus pada mutu layanan dan pengalaman pelanggan.
"Kami yakin model baru ini akan membantu kami mengelola peningkatan kebutuhan dan harapan pelanggan dengan lebih baik," ujar Vikram.
Country Head Ericsson Indonesia Jerry Soper mengklaim bahwa perusahaan telah membuktikan kemampuannya secara global dalam mengelola dan menjalankan jaringan multi-vendor dan multi-teknologi. Kontrak tersebut, menurut dia, merupakan bukti kepercayaan yang berkelanjutan pada produk dan solusi end-to-end perusahaan untuk operasi jaringan Indosat Ooredoo.
"Kami akan terus mendorong pengetahuan berbasis data untuk memberikan kinerja lebih baik, yang berfokus pada pengalaman pelanggan," ujar Jerry.
Sebagai informasi, Indosat Ooredoo pun telah meningkatkan jaringan secara signifikan pada tahun lalu. Perusahaan juga telah menjalin kerja sama dengan Ericsson yang mencakup teknologi 2G, 3G, 4G dan uji coba 5G secara langsung baru-baru ini.
(Baca: Trafik Internet untuk Gim Online Naik hingga 61% Efek Pandemi Corona)
Di sisi lain, Chief Technology Officer XL Axiata I Gede Darmayusa mengatakan pihaknya juga berupaya meningkatkan kapasitas jaringan. Sebab, trafik data seluler selama Lebaran dan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) meningkat signifikan.
"Untuk mengantisipasi melonjaknya trafik jaringan XL Home di masa Lebaran, kami dan Huawei meningkatkan kapasitas transport hingga penambahan jumlah Base Transceiver Stations (BTS) mobile," ujar Gede dikutip dari siaran pers, Rabu (28/5). Hanya, ia tidak merinci berapa besar penambahan BTS tersebut.
Menurut Gede, trafik data selular selama Lebaran dan PSBB meningkat 15%. Sedangkan trafik XL Home meningkat 20%. Ia melanjutkan, pertumbuhan trafik tidak hanya berdampak pada jaminan jaringan untuk Work From Home (WFH), tetapi juga pada seluruh nilai dan rantai pasokan, seperti pemerintah, rumah sakit, dan pelanggan.
VP Delivery and Services of Huawei Tech Investment Yang Donghai menambahkan perusahaan berkomitmen mendukung dihadirkannya jaringan yang stabil dan lancar. Terlepas dari situasi yang tengah terjadi, baik saat pandemi maupun bencana.
Huawei juga terus bekerja sama dengan XL dalam mengoptimalkan seluruh manfaat dari infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi. Sehingga dapat meningkatkan keamanan dan kualitas jaringan.
Lebih lanjut, Yang menyebut, ahli Service Operation Center (SOC) dan saintis data Huawei memanfaatkan teknologi big data dan analitik untuk menghadirkan kecerdasan bisnis dan jaringan yang mendukung XL Axiata di saat pandemi. Salah satu contohnya, penggunaan fitur analitik digitalisasi CWR Smart Insight dari Huawei untuk menganalisis mobilitas dan pola perilaku pelanggan.
"Salah satu penerapan langsung dari teknologi tersebut yaitu pengiriman notifikasi agar tetap di rumah kepada pelanggan yang sedang ada di jalan atau agar mereka bisa menghindari tempat-tempat yang ramai dan sesak dengan manusia, sehingga mereka terpacu untuk selalu patuh menerapkan jaga jarak fisik," ujar Yang.
Contoh lainnya yaitu pemanfaatan teknologi Huawei digitization planning CWR AI Traffic Forecast yang dapat memprediksi pertumbuhan trafik dan kemacetan secara cerdas selama pemberlakuan periode normal baru. Sehingga dapat mengantisipasi perubahan-perubahan perilaku pengguna.
Ia menjelaskan, teknologi machine learning menggantikan model prediksi secara manual yang memanfaatkan data lokal dengan mengambil kasus penerapan teknologi secara global. Dengan begitu, perubahan tingkat kepadatan lalu lintas serta pertumbuhan trafik bisa diprediksikan secara lebih presisi.
Sebagai hasilnya, Yang mengatakan, Huawei telah berhasil menghadirkan Customer Experience Service Operation Center (CESOC) 100% virtual untuk memantau jaringan XL Axiata 24x7 hari dan memperkenalkan live monitoring untuk pemantauan langsung zona merah (area dengan risiko infeksi tinggi).
"Selain itu, kami juga meningkatkan ketersediaan jaringan secara keseluruhan sebesar 3,1% selama pandemi, yang mendapatkan pengakuan serta apresiasi tinggi oleh CTO XL Axiata, I Gede Darmayusa," ujar Yang.
Sebagai informasi, AS telah memasukkan Huawei dan sejumlah perusahaan asal Tiongkok ke daftar hitam entitas sejak Mei 2019. Perusahaan yang berbasis di AS dilarang melakukan hubungan bisnis dalam bentuk apapun tanpa izin eksplisit. Namun, hingga saat ini baik pemerintah AS maupun Huawei belum mengeluarkan pernyataan resmi terkait perpanjangan larangan kerja sama tersebut.
(Baca: Pasokan Chip Dihambat AS, Huawei Cari Alternatif Pemasok )