Strategi Google Berebut Pasar Cloud dengan Amazon hingga Alibaba di RI

Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA
Ilustrasi Google
Penulis: Desy Setyowati
17/7/2020, 13.30 WIB

Google meluncurkan pusat data (data center) komputasi awan (cloud) di Jakarta pada akhir bulan lalu (24/6). Raksasa teknologi asal Amerika Serikat (AS)  itu menerapkan sejumlah strategi untuk bisa bersaing dengan Microsoft, Amazon dan Alibaba berebut pasar cloud di Tanah Air.

CEO Google Cloud Thomas Kurian mengatakan, perusahaan berfokus pada kebutuhan pelanggan dalam menyediakan solusi berbasis teknologi. Solusi cloud yang ditawarkan juga terintegrasi dengan layanan lain seperi email, panggilan audio dan video, dan lainnya.

Yang terbaru, Google layanan multi-cloud yang diberi nama BigQuery Omni. Ini memungkinkan pelanggan Google mengakses data dan menganalisis langsung di Google Cloud, Amazon Web Services (AWS), dan Azure dari Microsoft, tanpa perlu memindahkan atau menyalin set datanya.

(Baca: 6 Sebab Google, Amazon, Microsoft, Alibaba Incar Pasar Pusat Data RI)

Pelanggan akan bisa menganalisis data di pusat data, melalui satu platform antarmuka (User Interface/UI). Dengan begitu, pengguna tidak perlu membayar biaya pemindahan data.

Solusi multi-cloud itu dikembangkan oleh Anthos dari Google Cloud. Google mengenkripsi data non-aktif dan yang dalam transit guna mencegah kebocoran data.

“Anda dapat menyimpan data enkripsi sepanjang waktu saat memprosesnya. Pemerintah dapat mempercayai solusi ini, dengan kemampuan pengawasan dan keamanan,” kata Kurian saat round table VIP Next On Air, kemarin (16/7).

(Baca: Tiga Raksasa Teknologi Dunia Berebut Pasar Cloud di Indonesia)

Perusahaan juga mengembangkan beragam teknologi seperti kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) dan mesin pembelajar (machine learning) untuk mendukung kemampuan cloud. “Kami menerapkan teknologi untuk membantu menjawab tantangan para lembaga dan publik,” katanya.

Google juga berjanji untuk membangun Sumber Daya Manusia (SDM) dan mengembangkan ekonomi digital di mana perusahaan beroperasi, termasuk Indonesia. Oleh karena itu, raksasa teknologi ini akan menyediakan 150 ribu laboratorium untuk pelatihan terkait cloud.

“Kami terus berinvestasi dalam mengembangkan keterampilan di banyak pasar di Asia, dan ekonomi digital untuk mendukung kekuatan pasar,” ujar Kurian. (Baca: Google dan IBM Ungkap Peran Teknologi Cloud Saat Pandemi Corona)

Selain pelatihan, peserta akan memperoleh akses Google Cloud Platform (GCP) gratis. Mereka juga akan memperoleh beragam program inisatif kesiapan karier dan mendapatkan sertifikat.

(Baca: Bangun Pusat Data di RI, Google Buat 150 Ribu Laboratorium Pelatihan)

Reporter: Desy Setyowati