Sektor Pertanian, Kesehatan, Energi Gencar Pakai IoT Saat Pandemi

ANTARA FOTO/REUTERS/Aly Song/nz/cf
Ilustrasi, warga memakai masker pelindung menyusul penyebaran penyakit virus korona (COVID9-19) terlihat di dekat sebuah robot di lokasi World Artificial Intelligence Conference (WAIC) di Shanghai, Tiongkok, Kamis (9/7/2020).
29/7/2020, 13.37 WIB

Pandemi corona memaksa banyak sektor berinovasi, termasuk memanfaatkan teknologi. Sektor pertanian, kesehatan dan energi pun disebut-sebut semakin gencar mengadopsi Internet of Things (IoT) selama masa pagebluk ini.

IoT dimanfaatkan untuk pencegahan penularan virus corona oleh pelaku usaha maupun pemerintah di sektor kesehatan. Contohnya, thermal detector dan remote monitoring.

Thermal detector adalah alat untuk mengecek suhu tubuh melalui kamera pemindai. Alat ini biasanya digunakan oleh pengelola perkantoran atau sejumlah fasilitas publik seperti bandara.

Sedangkan remote monitoring adalah alat untuk mengontrol sistem secara jarak jauh, contohnya robot Raisa besutan Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek). “Digital heatlhcare ini dipaksa tumbuh sedemikian pesat,” kata Ketua Umum Asosiasi IoT Indonesia (ASIOTI) Teguh Prasetya saat konferensi pers secara virtual, Rabu (29/7).

Pada sektor pertanian, IoT digunakan untuk memantau sawah maupun kebun. IoT itu disematkan pada remote monitoring.

Selain itu, pelaku usaha di sektor energi air, listrik maupun gas kerap memonitor tempat penyimpanan menggunakan IoT. Penyaluran energi juga bisa dipantau melalui teknologi ini.

“Para perusahaan juga melakukan actuating (memakai IoT) agar terus tumbuh," ujar Teguh.

Teguh menilai, sektor manufaktur juga mulai masif memanfaatkan IoT. “Ini dipakai untuk kebutuhan baru konsumen yang mulai tumbuh pasca-Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB)," ujar dia.

Direktur Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika (SPPI) Kementerian Kominfo Ismail memperkirakan, pemanfaatan IoT saat era normal baru (new normal) terus berkembang. "Apalagi jika dikombinasikan dengan solusi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI), pasti bisa bermanfaat pabrik dan lainnya," ujar Ismail. 

Sebelumnya, Menteri Riset Teknologi/Kepala Badan Riset Inovasi Nasional (Menristek/BRIN) Bambang Brodjonegoro menyebutkan, ada sepuluh pergeseran pemanfaatan teknologi hingga dua tahun mendatang. Salah satunya IoT.

Hal ini lantaran ada perubahan pola interaksi masyarakat saat normal baru. Namun, di sisi lain ekonomi akan tetap produktif sehingga pemanfaatan teknologi dapat menjadi jalan keluar.

Big data, cloud computing, IoT akan lebih menjadi perhatian," ujar Bambang, bulan lalu (22/6).

Hal senada disampaikan oleh lembaga riset global Alibaba DAMO Academy. IoT akan masif digunakan untuk otomatisasi mesin, logistik di pabrik, dan penjadwalan produksi. Ini menjadi salah satu cara merealisasikan model bisnis manufaktur pintar atau consumer to business smart manufacturing.

Reporter: Cindy Mutia Annur