Perusahaan penyedia aplikasi konferensi video Zoom mencatatkan kinerja positif selama pandemi virus corona. Ini membuat CEO Zoom Eric Yuan masuk dalam daftar 100 orang terkaya di dunia.
Layanan Zoom dibutuhkan oleh sebagian besar masyarakat dunia untuk bekerja dan belajar dari rumah selama pandemi Covid-19. Jumlah pelanggan korporasi dengan 10 pegawai lebih pun meningkat 485% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi 433.700.
Hal itu membuat pendapatan perusahaan melonjak empat kali lipat yoy menjadi US$ 777,2 juta pada kuartal ketiga. Alhasil, kinerja saham Zoom termasuk yang terbaik di NASDAQ pada tahun ini.
Capaian tersebut lantas membuat Eric Yuan masuk jajaran orang paling kaya di dunia. "Itu sangat berkontribusi bagi (kekayaan) pendiri dan CEO Zoom," dikutip dari CNBC Internasional pada Minggu (27/12).
Sedangkan daftar 10 orang terkaya di dunia dapat dilihat pada Databoks di bawah ini:
Berdasarkan data FactSet, Yuan memiliki 22% saham senilai US$ 9 miliar lebih saat Zoom mencatatkan saham perdana atau initial public offering (IPO) pada tahun lalu. Kini, nilainya diperkirakan naik menjadi US$ 17 miliar.
Sedangkan penghasilan diprediksi US$ 777,2 juta. Berdasarkan data Bloomberg Billionaires Index, aset Yuan melonjak US$ 14,6 miliar sejak awal tahun sehingga mencapai US$ 18,2 miliar.
Meski begitu, perjalanan Yuan dan Zoom tidak berjalan mulus selama pandemi corona. Pemerintah Amerika Serikat (AS) dan Eropa mengkritik Zoom terkait risiko keamanan dan privasi.
Perusahaan berbasis di Negeri Paman Sam itu bahkan dianggap mata-mata pemerintah Tiongkok. Raksasa teknologi ini menghadapi tuntutan hukum di California atas tuduhan pengumpulan informasi pribadi pengguna, tanpa pemberitahuan yang memadai. Mereka juga menuduh Zoom memberikan informasi pribadi tersebut ke pihak ketiga, termasuk Facebook.
Lalu, Senator AS dari Partai Republik Josh Hawley menuduh Yuan mendukung upaya sensor dan meredam hak kebebasan berpendapat. Sedangkan Federal Bureau of Investigation (FBI) meragukan keamanan Zoom dan memperingatkan pihak sekolah tentang bahaya pengaturan default aplikasi ini.
Kantor Jaksa Agung New York juga mengirim surat kepada Zoom untuk meminta klarifikasi terkait upaya menjaga keamanan data pengguna.
Atas berbagai kritikan itu, Yuan menyatakan bahwa perusahaan melakukan berbagai perbaikan. Zoom berhenti menambahkan fitur baru selama 90 hari dan berfokus mengatasi masalah keamanan.
Zoom juga merilis laporan transparansi secara berkala, mirip dengan Facebook, Twitter, dan Google. Ketiga raksasa teknologi ini memang memerinci permintaan data atau konten dalam laporan yang diserahkan kepada otoritas terkait.
Yuan juga membantah keterikatan teknologinya dengan pemerintah Tiongkok. "Saya menjadi warga negara AS pada Juli 2007. Saya bahagia tinggal di AS sejak 1997. Zoom adalah perusahaan AS, didirikan dan berpusat di California, berbadan usaha di Delaware dan ditransaksikan di Nasdaq," katanya.
Setelah mengatasi beragam kritikan terkait keamanan, Yuan berfokus mempertahankan basis pengguna dalam jangka panjang pada 2021. Dikutip The Verge, Zoom dikabarkan akan memperluas layanan dengan menawarkan platform email yang diuji coba awal tahun depan.
Zoom juga disebut-sebut bakal meluncurkan aplikasi kalender. Namun, belum jelas waktu peluncurannya.
Upaya perusahaan itu juga dilakukan agar bisa bersaing dengan raksasa teknologi asal AS Microsoft dan Google. Ini dilakukan ketika pertumbuhan jumlah pelanggan korporasi dengan 10 pegawai lebih Zoom mulai melambat dari 40% pada kuartal I dan II, menjadi 17% di kuartal III.