Samsung berencana menginvestasikan dana US$ 206 miliar atau sekitar Rp 2.969 triliun untuk mengembangkan beragam bisnis, seperti robotika dan cip (chipset) yang kini langka. Investasi ini disiapkan hingga 2023.

Nilai investasi itu 30% lebih besar dibandingkan tiga tahun sebelumnya. Samsung Electronics dan Samsung Biologics yang memimpin investasi tersebut.

"Grup memutuskan untuk meningkatkan investasi guna mempertahankan kepemimpinan teknologi, terutama selama situasi darurat pandemi Covid-19 di dalam dan luar negeri," kata Samsung dikutip dari Asian Nikkei Review, Selasa (24/8).

Untuk mempertahankan kepemimpinan di industri teknologi, Samsung mengalokasikan dana investasi ke berbagai bidang seperti cip, biofarmasi, dan robotika.

Apalagi cip langka setahun terakhir ini, terutama setelah Amerika Serikat (AS) memblokir produsen asal Tiongkok. Samsung akan mengembangkan cip seperti DRAM sub14-nanometer berbasis EUV, serta V-NAND untuk bisnis memori.

Pada Mei, Samsung mengumumkan investasi US$ 151 miliar di sektor cip logika dan pengecoran. Perusahaan asal Korea Selatan ini juga berambisi menjadi produsen cip logika terbesar pada 2030.

Samsung pun berencana membuat pabrik cip senilai US$ 17 miliar atau Rp 238 triliun di Austin, Texas, AS. "Industri cip adalah penopang ekonomi Korea Selatan. Investasi agresif kami adalah strategi bertahan hidup," kata perusahaan.

Selain cip, Samsung akan menginvestasikan dana untuk pengembangan teknologi biofarmasi melalui Samsung Biologics dan Samsung Bioepis. Perusahaan mendirikan dua pabrik baru terkait teknologi biofarmasi untuk memperluas bisnis contract development manufacturing organization (CDMO).

Raksasa teknologi itu pun mengembangkan robotika berbasis kecerdasan buatan alias artificial intelligence (AI). Fokusnya yakni pada riset dan pengembangan teknologi baru di bidang AI, layar kuantum-dot, serta baterai kepadatan dengan energi tinggi.

Samsung menyisihkan US$ 154,3 miliar untuk berinvestasi pada pembangunan home ground. Ini diklaim dapat menciptakan 40 ribu lapangan kerja baru pada 2023.

Sebelumnya, produsen ponsel itu memperkirakan laba operasional naik 53% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi US$ 11 miliar atau Rp 159,5 triliun pada kuartal kedua

Perkiraan tersebut di atas proyeksi Refinitiv US$ 9,8 miliar atau Rp 142 triliun. Sedangkan pendapatan perusahaan diproyeksikan US$ 55 miliar atau Rp 798 triliun.

Analis menilai, lonjakan laba Samsung pada kuartal kedua karena adanya dorongan kuat penjualan cip. Samsung memang mencatatkan peningkatan laba divisi cip sekitar 20% yoy. 

Analis di Cape Investment & Securities Park Sung-soon memperkirakan, permintaan cip terus tinggi. "Laba Samsung kuartal ketiga pun akan lebih tinggi lagi karena harga cip yang kuat. Ini menjadi musim puncak untuk bisnis seluler," kata Park dikutip dari Reuters, pada Juli (7/7).

Permintaan cip Samsung datang dari industri smartphone, laptop, dan gim konsol. Dalam beberapa bulan terakhir, investasi perusahaan ke pusat data yang membutuhkan server dalam jumlah besar juga meningkat.

Reporter: Fahmi Ahmad Burhan