Huawei gencar mengembangkan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) hingga mobil listrik. Raksasa teknologi asal Cina ini ingin mengurangi emisi karbon atau dekarbonisasi global.

"Kami mengoptimalkan pasokan dan konsumsi energi, dengan mengandalkan energi surya," kata Rotating Chairman Huawei Ken Hu dalam Huawei Global Analyst Summit (HAS) 2022, Selasa (26/4).

Huawei mengembangkan PLTS pintar atau smart photovoltaic power system (PV) di sejumlah negara. Produsen ponsel ini juga menerapkan sejumlah teknologi di smart PV seperti komputasi awan (cloud) dan kecerdasan buatan alias artificial intelligence (AI).

Menurut Huawei, penerapan digitalisasi pembangkit listrik membuat operasi dan pemeliharaan 50% lebih efisien.

Huawei memperkirakan lebih dari 90% pembakit listrik di dunia terdigitalisasi pada 2025. Ini karena pesatnya teknologi internet generasi kelima atau 5G hingga AI.

Selain itu, Huawei membangun infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi (TIK) hijau. "Seperti di Indonesia, energi terbarukan sudah digunakan oleh infrastruktur pendukung," katanya.

Huawei juga membangun pusat data (data center) ramah lingkungan. "Ini untuk mengurangi konsumsi energi karbon," katanya.

Kemudian, perusahaan asal Cina itu mengembangkan mobil listrik. Pada tahun lalu, Huawei bekerjasama dengan produsen kendaraan, Chongqing Xiaokang menjual mobil listrik pertama bermerek Cyrus SF5. 

Mobil tersebut dibanderol 216.800 - 246.800 yuan atau US$ 27.771 - US$ 31.614 (Rp 398 juta – Rp 453 juta).

“Menurut laporan terbaru, Huawei menjual mobil di experience store untuk pertama kalinya,” demikian dikutip dari Gizchina, tahun lalu (23/5/2021).

Selain dekarbonisasi, upaya tersebut dilakukan Huawei untuk meraup pasar energi terbarukan global. Berdasarkan data Statista, investasi untuk industri rendah karbon di sektor-sektor utama 21 pasar negara berkembang mencapai US$ 10,2 triliun dari 2020 hingga 2030.

Upaya Huawei masuk ke pasar energi terbarukan juga seiring dengan catatan kinerja bisnis yang anjlok. Dalam 2021 Annual Report Press Conference Huawei melaporkan penurunan pendapatan 28,56% yoy menjadi 636,8 miliar yuan atau Rp 1.435 triliun pada 2021.

Reporter: Fahmi Ahmad Burhan